Garis Keturunan
Nabi Muhammad SAW
Garis keturunan atau Nasab adalah
sesuatu yang sangat dijaga dan diperhatikan oleh Islam. Demikian kuatnya Islam
dalam memperhatikan nasab, ia pun dijadikan salah satu dari lima hal yang wajib
dijaga dalam Islam. Karena itu Islam melarang perzinahan, salah satu hikmahnya
agar nasab terjaga.
Perhatian Islam terhadap nasab juga dengan menjadikannya salah satu indikator
kedudukan seseorang. Apabila seorang laki-laki hendak menikahi seorang wanita,
maka salah satu faktor yang dipertimbangkan adalah nasabnya. Walaupun nasab
bukan segalanya karena kedudukannya masih kalah dibanding faktor ketakwaan.
Demikian juga dengan Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau juga memiliki keutamaan nasab.
Beliau merupakan keturunan orang-orang pilihan di setiap generasinya. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah memilih Ismail
dari anak-anak keturunan Ibrahim. Dan memilih Kinanah dari anak-anak keturunan
Ismail. Lalu Allah memilih Quraisy dari anak-anak keturunan Kinanah. Kemudian
memilih Hasyim dari anak-anak keturunan Quraisy. Dan memilihku dari anak
keturunan Hasyim.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah).
Sebagai umat Nabi Muhammad
kita pun selayaknya mengenal nasab beliau. Berikut ini nasab lengkap Nabi
Muhammad SAW
Beliau adalah Muhammad bin Abdullah
bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah
bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah bin
Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan (Ibnu
Hisyam: Sirah an-Nabawiyah, 1:1) bin Ismail bin Ibrahim.
Tidak ada perselisihan di
kalangan ahli sejarah bahwa Adnan adalah anak dari Nabi Ismail ‘alaihissalam.
Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan Arab
Adnaniyah atau al-Arab al-Musta’rabah.
Ayah
dan Ibu Nabi
Ayah Nabi Muhammad SAW adalah
Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abdu Manaf. Kakek Nabi, Abdul
Muthalib, awalnya memiliki anak yang sedikit dan kaumnya meremehkannya.
Sebagaiseorang yang ditokohkan namun memiliki anak yang sedikit, padahal
parameter kemuliaan di zaman itu adalah banyaknya anak, terutama anak
laki-laki. Karena hal itu, Abdul Muthalib bernadzar seandainya dikaruniai 10
orang anak lagi, maka ia akan mengorbankan (menyembelih) salah satu anaknya
untuk dipersembahkan kepada Allah.
Saat ia mengundi nama-nama anaknya yang keluar adalah nama Abdullah, padahal
Abdullah adalah anak kesayangannya. Orang-orang Quraisy, paman-paman Abdullah
dari Bani Makhzum melarang Abdul Muthalib merealisasikan nadzarnya. Akhirnya
disepakati 100 onta dikorbankan sebagai ganti Abdullah.
Setelah cukup usia, Abdullah dinikahkan dengan Aminah binti Wahab bin Abdu
Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Ia adalah perempuan yang paling mulia di kalangan
Quraisy, baik dari segi nasab maupun kedudukan sosial.
Beberapa waktu setelah pernikahan keduanya, Abdullah pergi menuju Syam untuk
berdagang. Ketika hendak kembali ke Mekah, ia jatuh sakit sehingga ia pun tinggal
di tempat paman-pamannya di Madinah. Kemudian Abdullah wafat di kota yang kelak
menjadi tempat hijrah anaknya ini. Ia dimakamkan di rumah an-Nabighah al-Ja’di.
Saat itu usia Abdullah baru 25 tahun dan ia sedang menanti kelahiran anak
pertamanya.
Beberapa tahun kemudian, Aminah menyusul kepergian sang suami. Saat itu anak
pertama mereka Muhammad bin Abdullah baru menginjak usia 6 tahun (Ibnu Hisyam:
Sirah an-Nabawiyah, 1:156).
Paman
dan Bibi Nabi
Abdul Muthalib memiliki 12 orang
anak, enam laki-laki dan enam perempuan. Anak-anak Abdul Muthalib yang
laki-laki adalah Abbas, Abdullah, Hamzah, Abu Thalib, az-Zubair, al-Harits,
Hajl, al-Muqawwim, Dhirar, dan Abu Lahab (namanya adalah Abdul Uzza). Dari
nama-nama ini, kita ketahui bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memiliki 6 orang paman.
Empat orang paman beliau menjumpai masa-masa Islam. Mereka adalah Abu Thalib,
Abu Lahab, namun keduanya tetap dalam kekufuran mereka, tidak memeluk Islam
hingga mereka wafat. Dua orang lainnya adalah Hamzah dan Abbas, keduanya
memeluk Islam dan wafat sebagai seorang muslim, radhiallahu ‘anhuma.
Adapun anak-anak perempuan Abdul Muthalib ada enam orang. Mereka adalah
Shafiyah, Ummu Hakim al-Baidha, ‘Atikah, Umaimah, Arwa, dan Barrah (Ibnu
Hisyam: Sirah an-Nabawiyah, 1:108-110).
Kehidupan
Bangsa Arab sebelum Kelahiran Nabi Muhammad SAW.
1. Kehidupan Agama
Pada awalnya, mayoritas Bangsa Arab mengikuti Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, yaitu
ajaran tauhid untuk beribadah hanya kepada Allah Ta’ala.
Setelah berlalunya waktu yang panjang, mereka melalaikan hal tersebut, walaupun
ada sisa-sisa peninggalan ajaran tauhid Nabi Ibrahin ‘alaihissalam.
Hingga suatu saat di Mekah tersebutlah seorang yang bernama Amr bin Luhay dari
suku Khuza’ah yang sangat dihormati dan dimuliakan kaumnya karena kedermawanan
dan prilakunya yang baik. Suatu ketika, ia pergi ke Syam dan di sana melihat
masyarakatnya menyembah berhala sebagai bentuk ibadah. Ia menyimpulkan bahwa
itu adalah perbuatan baik. Sekembalinya dari Syam, Amr pun membawa berhala yang
bernama Hubal dan meletakkannya di ka’bah. Lalu dia mengajak kaumnya untuk
melakukan apa yang dilakukan penduduk Syam.
Karena pengaruh kedudukannya, tak lama penduduk Mekah pun menjadi penyembahan
berhala dan menjadi agama baru bagi mereka. Ajaran tersebut dengan cepat
menyebar ke wilayah Hijaz (Mekah dan sekitarnya) hingga menyebar luas meliputi
Jazirah Arabi. Bahkan, di sekitar Ka’bah ada ratusan berhala yang disembah.
Dari sanalah mulai lagi bermunculan berbagai bentuk kesyirikan, bid’ah,
dan khurafat di masyarakat Arab.
2. Kehidupan
Sosial
Struktur kehidupan sosial masyarakat Arab berkelas dan bersuku-suku. Adanya
pemandangan yang sangat kontras antara kaum bangsawan dengan segala kemewahan
dan kehormatannya dengan rakyat jelata dengan segala kekurangan dan kehinaan
yang tak terperi.
Kehidupan antar suku pun penuh dengan persaingan yang sering mengakibatkan
pertikaian dengan bumbu fanatisme kesukuan yang kental. Setiap anggota suku
pasti membela orang yang satu suku dengannnya, tak peduli perbuatannya benar
atau salah, sehingga terkenal ucapan di antara mereka,
“Bantulah saudaramu, baik dia berbuat zalim atau dizalimi.”
Perlakuan terhadap wanita juga tak kalah zalimnya. Laki-laki dapat melakukan
poligami tanpa batas, bahkan dapat menikahi dua bersaudara sekaligus. Demikian
pula mereka dapat dapat menceraikannya sesuka. Sementara itu perzinahan
merupakan masalah biasa. Bahkan ada suami yang memerintahkan istrinya tidur
dengan laki-laki lain semata-mata ingin mendapatkan keturunan mulia dari
lakilaki tersebut. Kelahiran anak perempuan menjadi aib yang berat mereka
tanggung, bahkan dikenal di sebagian mereka istilah wa’dul banat (mengubur anak
wanita hidup-hidup).
Perjudian dan minuman keras juga merupakan hal yang sangat lumrah dilakukan di
tengah masyarakat, bahkan menjadi sumber prestise tersendiri.
Kesimpulannya, kondisi sosial mereka sangatlah parah, sehingga kehidupan
berlangsung tanpa aturan layaknya binatanag.
3. Kondisi Ekonomi
Masyarakat Arab adalah masyarakat pedagang. Sebagian kecil penduduk pinggiran
negeri, hidup secara bertani dan memelihara hewan ternak. Mereka belum mengenal
dunia perindustrian. Hasil-hasil produksi biasanya mereka dapatkan dari Yaman
atau Syam (Syam pada masa sekarang meliputi Palestina, Lebanon, Yordan, dan
Suria). Kemiskinan cukup mewarnai kehidupan masyarakat, meskipun ada sejumlah
pedagang besar dan bangsawan.
4. Akhlak terpuji
Betapapun demikian, bangsa Arab masih memiliki beberapa akhlak yang sangat
terpuji, walau kadang ditampilkan dengan cara yang salah. Diantaranya adalah
kedermawanan, memenuhi janji, menjaga kemuliaan jiwa dan pantang dihina,
pemberani, lemah lembut suka menolong dan sederhana.
Kelahiran dan Masa Pertumbuhan Nabi
Muhammad SAW ‘alaihi wa sallam dilahirkan di kota
suci Mekah pada hari senin pagi 9 Rabi’ul Awwal, tahun Gajah.
Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April 571 M. Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam dilahirkan dari suku Quraisy, yaitu suku yang paling terhormat dan
terpandang di tengah masyarakat Arab pada waktu itu. Dari suku Quraisy
tersebut, Beliau dari bani Hasyim, anak suku yang jug apaling terhormat di
tengah suku Quraisy. Rasulullah SAW lahir dalam
keadaan yatim. Karena bapaknya; Abdullah telah meninggal ketika ibunya Aminah
mengandungnya di usia dua bulan.
Setelah melahirkannya, sang ibu segera membawa bayi tersebut ke kakeknya
Abdul Mutthalib. Betapa gembiranya sang kakek mendengar berita kelahiran
cucunya. Lalu dibawanya bayi tersebut ke dalam Ka’bah, dia berdoa kepada Allah
dan bersyukur kepada-Nya. Anak tersebut kemudian diberi nama Muhammad; nama
yang belum dikenal masyarakat Arab waktu itu. Lalu pada hari ketujuh setelah
kelahirannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikhitan.
Kehidupan di Bani Sa’ad
Selain ibunya, Rasulullah SAW disusukan juga oleh Tsuwaibah;
budak Abu Lahab. kemudian, -sebagaimana adat kebiasaan masyarakat perkotaan
waktu itu- Ibunya mencari wanita pedesaan untuk menyusui putranya. maka
terpilihlah seorang wanita yang bernama Halimah binti Abi Dzu’aib dari suku
Sa’ad bin Bakar, yang kemudian lebih di kenal dengan panggilan Halimah
as-Sa’diyah.
Sesungguhya atas kehendak Allah jualah, hingga Halimah as-Sa’diyah menyusui
Rasulullah SAW ketika kecilnya. Sebab ketika pertama
kali ditawarkan untuk menyusuinya, dia terasa enggan menerimanya, karena
rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam anak yatim yang tidak dapat diharapkan
imbalan materi yang layak darinya. tetapi, ketika tidak didapatkan lagi bayi
lain untuk disusui, maka diapun menerima bayi Muhammad untuk disusui di
perkampungan Bani Sa’ad. Ternyata dia tidak salah pilih, karena yang dia susui
telah Allah persiapkan menjadi manusia paling agung di muka bumi ini yang akan
membawa jalan terangbagi umatnya yang beriman. maka wajar, setelah itu
kehidupan Halimah as-Sa’diyah penuh dengan keberkahan.
Demikianlah, 5 tahun pertama kehidupan Rasulullah SAW, dia lalui di daerah perkampungan dengan kehidupan yang masih asri dan
udara segar di lembah Bani Sa’ad. hal tersebut tentu saja banyak berpengaruh
bagi pertumbbuhan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik secara fisik
maupun kejiwaan.
Peristiwa Pembelahan Dada (Syaqqus Shadr)
Pada saat Nabi Muhammad SAW berusia 5 tahun, dan saat baginda nabi masih
dalam perawatan Halimah as-Sa’diyah di perkampungan Bani Sa’ad terjadilah
peristiwa besar yang sekaligus menunjukkan tanda-tanda kenabiannya kelak.
Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah Pembelahan Dada (Syaqqus Shadr).
Suatu hari, ketika rasulullah bermain bersama
teman-temannya, tiba-tiba datang malaikat Jibril menghampiri dan menyergapnya.
Lalu dia dibaringkan, kemudian dadanya di belah, lalu hatinya di ambil
selanjutnya dikeluarkan segumpal darah darinya, seraya berkata: “Inilah bagian
setan yang ada padamu.” Kemudian hati tersebut dicuci di bejana emas dengan air
Zam-Zam, setelah itu dikembalikan ke tempat semula.
Sementara itu, teman-teman sepermainannya melaporkan kejadian tersebut kepada
Halimah seraya berkata: “Muhammad dibunuh…Muhammad dibunuh. ”Maka mereka
bergegas menghampiri tempat Rasulullah semula,
disana mereka mendapatkan rasulullah SAW dalam
keadaan pucat pasi.
Setelah kejadian tersebut, Halimah sangat khawatir terhadap keselamatan
Muhammad kecil. Akhirnya tak lama setelah itu,
dia memutuskan untuk memulangkannya kepada ibunya di kota Mekkah. Maka
berangkatlah Halimah ke Mekkah dan dengan berat hati dikembalikannya rasulullah SAW kepada ibunya.
Ditinggal Ibu Tercinta
Setelah
beberapa lama tingal bersama ibunya, pada usia 6 tahun, sang ibu mengajaknya
berziarah ke makam suaminya di Yatsrib. Maka berangkatlah mereka keluar dari
kota Mekkah,menempuh berjalan sepanjang 500 km, di temani ole Ummu Aiman dan di
biayai oleh Abdul Mutthalib. Di tempat tujuan, mereka menetap sebulan.
Setelah itu mereka kembali ke Mekkah. Namun di tengah perjalanan, ibunya
menderita sakit dan akhirnya meninggal di perkampungan Abwa’ yang terletak
antara kota Mekkah dan Madinah.
Di Bawah Asuhan Sang Kakek
Sang kakek;
Abdul Muththalib, sangat iba terhadap cucunya yang sudah menjadi yatim piatu
diusianya yang masih dini. Maka dibawalah sang cucu ke rumahnya, diasuh dan
dikasihi melebihi anak-anaknya sendiri.
Pada saat itu Abdul Muththalib memiliki tempat duduk khusus di bawah Ka’bah,
tidak ada seorangpun yang berani duduk di atasnya, sekalipun anak-anaknya,
mereka hanya berani duduk di sisinya. Namun Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa
sallam -yang saat itu masih anak-anak- justru bermain-main dan duduk di
atasnya. Karuan saja paman-pamannya mengambil dan menariknya. Namun ketika sang
kakek melihat hal tersebut, beliau malah melarang mereka seraya berkata,
“Biarkan dia, demi Alah, anak ini punya kedudukan sendiri.”
Akhirnya Rasulullah SAW kembai duduk di majlisnya,
diusapnya punggung cucunya tersebut dengan suka cita melihat apa yang mereka
perbuat.
Tapi lagi-llagi kasih sayang sang kakek tal berlangsung lama di rasakan Muhammad
kecil. Saat Rasullullah saw. berusia 8 tahun, kakeknya meninggal dunia di
Mekkah. Namun sebelum wafat beliau berpesan agar cucunya tersebut dirawat oleh
paman dari pihak bapakna; Abu Thalib.
Di Pangkuan Pamannya
Kini
Rasulullah berada dalam asuhan pamannya yan juag
sangat mencintainya. Abu Thalib merawatnya bersama anak-anaknya yang lain,
bahkan lebih disayangi dan dimuliakan. Begitu seterusnya Abu Thalibb selalu di
sisi Rasulullah SAW, merawatnya, melindungi dan
membelanya, bahkan hingga beliau di angkat menjadi Rasul. Hal tersebut
berlangsung tidak kurang selama 40 tahun.
Bersama Pendeta Buhaira
Pada saat Rasulullah berusia 12 tahun, Abu Thalib
mengajaknya berdagang ke negeri Syam. Sesampainya di perkampungan Bushra yang
waktu itu masuk wilayah negeri Syam, mereka disambut oleh seorang pendeta
bernama Buhaira. Semua rombongan turun memenuhi jamuan Bahira kecuali
Rasulullah.
Pada pertemuan tersebut, Abu Thalib menceritakan perihal Rasulullah dan sifat-sifatnya kepada pendeta Buhaira. Setelah mendengar
ceritanya, sang pendeta langsun memberitahukan bahwa anak tersebut akan menjadi
pemimpin manusia sebagaimana yang dia ketahui ciri-cirinya dari kitab-kitab
dalam agamanya. Maka dia meminta Abu Thalib untuk tidak membawa anak tersebut
ke negeri Syam, karena khawatir di sana orang-orang Yahudi akan mencelakainya.
Akhirnya Abu Thalib memerintahkan anak buahnya untuk membawa pulang kembali
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam ke Mekkah. Ketika Nabi berusia 15 th
meletus perang Fijar antara kabilah Quraisy bersama Kinanah dengan Qais Ailan.
Nabi ikut bergabung dalam perang ini dengan mengumpulkan anak-anak panah buat
paman-paman beliau untuk dilemparkan kembali ke musuh.
Pernikahan Nabi Muhammad SAW Dengan Siti Khadijah
Pada masa
remajanya Nabi Muhammad biasa menggembala Kambing dan pada usia 25 th
menjalankan barang dagangan milik Khadijah ke Syam. Nabi Muhammad SAW dipercaya
untuk berdagang dan ditemani oleh Maisyarah. Dalam berdagang nabi SAW jujur dan
amanah serta keuntungannya melimpah ruah.
Peristiwa
tentang cara dagangnya nabi SAW itu diceritakan Maisyarah ke Khadijah. Lantas
Khadijah tertarik dan mengutus Nufaisah Binti Mun-ya untuk menemui Nabi agar
mau menikah dengan Khadijah. Setelah itu Nabi memusyawarahkan kepada pamannya
dan disetujuinya akhirnya Khadijah menikah dengan Nabi Muhammad SAW dengan mas
kawin 20 ekor Onta Muda.
Usia Khadijah waktu itu 40 th dan
Nabi Muhammad SAW 25 th. Dalam perkawinannya Nabi dianugerahi 6 putra-putri
yaitu Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kulsum dan Fatimah. Semua anak
laki-laki nabi wafat waktu masih kecil dan anak perempuannya yang masih hidup
sampai nabi wafat adalah Fatimah.
Masa
Kerasulan Nabi Muhammad SAW
Pada usia 35 th lima tahun sebelum kenabian ada suatu
peristiwa yaitu Makkah dilanda banjir besar hingga meluap ke baitul Haram yang
dapat meruntuhkan Kakbah. Dengan peristiwa itu orang-orang Quraisy sepakat
untuk memperbaiki Kakbah dan yang menjadi arsitek adalah orang Romawi yang
bernama Baqum.
Ketika pembangunan sudah sampai di bagian Hajar Aswad mereka saling berselisih
tentang siapa yang meletakkan hajar Aswad ditempat semula dan perselisihan ini
sampai 5 hari tanpa ada keputusan dan bahkan hampir terjadi peretumpahan darah.
Akhirnya Abu Umayah menawarkan jalan keluar siapa yang pertama kali masuk lewat
pintu Masjid itulah orang yang memimpin peletakan Hajar Aswad. Semua pada
sepakat dengan cara ini. Allah SWT menghendaki ternyata yang pertama kali masuk
pintu masjid adalah Rasulullah SAW dan yang berhak adalah Rasulullah.
Orang-orang Quraisy berkumpul untuk meletakkan Hajar Aswad . Rasulullah meminta
sehelai selendang dan pemuka-pemuka kabilah supaya memegang ujung-ujung
selendang lalu mengangkatnya bersama-sama. Setelah mendekati tempatnya Nabi
mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya ke tempat semula akhirnya legalah
semua. Mereka pada berbisik dan menjuluki “Al-Amin” yang artinya dapat
dipercaya.
Nabi Muhammad SAW mempunyai kelebihan dibanding dengan manusia biasa, beliau
sebagai orang yang unggul, pandai, terpelihara dari hal-hal yang buruk,
perkataannya lembut, akhlaknya utama, sifatnya mulia, jujur terjaga jiwanya,
terpuji kebaikannya, paling baik amalnya, tepat janji, paling bisa dipercaya
sehingga mendapat julukan Al-Amin dan beliau juga membawa bebannya sendiri,
memberi kepada orang miskin, menjamu tamu dan menolong siapapun yang hendak
menegakkan kebenaran.
Pada saat Nabi Muhammad SAW hampir berusia 40 th kesukaannya mengasingkan diri
dengan berbekal Roti dan pergi ke Gua Hira di Jabal Nur. Rasulullah di Gua Hira
beribadah dan memikirkan keagungan alam. Pada usia genap 40 th Nabi dianggkat
menjadi Rasul. Beliau menerima wahyu yang pertama di gua Hira dengan
perantaraan Malaikat jibril yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5.
Ketika Nabi berada di gua Hira datang malaikat Jibril dan memeluk Nabi sambil
berkata “Bacalah”. Jawab Nabi “Aku tidak dapat membaca” Lantas Malaikat
memegangi dan merangkul Nabi hingga sesak kemudian melepaskannya dan berkata
lagi “Bacalah”. Jawab Nabi”Aku tidak bisa membaca”. Lantas Malaikat memegangi
dan merangkulnya lagi sampai ketiga kalinya sampai Nabi merasa sesak kemudian
melepasknnya. Lalu Nabi bersedia mengikutinya
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ
الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ
الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَ
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ
يَعْلَمْ
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S al- 'Alaq/ 96:
1-5
Rasulullah mengulang bacaan ini dengan hati yang bergetar lalu pulang dan
menemui Khadijah (isterinya) untuk minta diselimutinya. Beliau diselimuti
hingga tidak lagi menggigil tapi khawatir akan keadaan dirinya.
Khadijah menemui Waraqah bin Naufal dan menceritakan kejadian yang dialami oleh
Nabi. Waraqah menanggapi “Maha suci, Maha suci, Dia benar-benar nabi umat ini,
katakanlah kepadanya, agar dia berteguh hati.
Nabi
Muhammad SAW Berdakwah
Rasulullah SAW di kala mengasingkan diri di Gua Hira dengan
perasaan cemas dan khawatir tiba-tiba terdengan suara dari langit, beliau
menengadah tampak malaikat jibril. Beliau menggigil, ketakutan dan pulang minta
kepada isterinya untuk menyelimutinya. Dalam keadaan berselimut itu datang
Jibril menyampaikan wahyu yang ke dua yaitu surat Al Muddatsir (QS 74 ayat
1-7).
Dengan turunnya wahyu ini Rasulullah SAW mendapat tugas untuk menyiarkan agama
Islam dan mengajak umat manusia menyembah Allah SWT.
Menyiarkan
Agama Islam Secara Sembunyi-Sembunyi
Setelah Rasulullah SAW menerima wahyu kedua mulailah beliau
dakwah secara sembunyi-sembunyi dengan mengajak keluarganya dan sahabat-sahabat beliau
seorang demi seorang masuk Islam.
Orang-orang yang pertama-tama masuk Islam adalah:
1). Siti Khadijah (Istri Nabi SAW)
2). Ali Bin Abi Thalib (Paman Nabi SAW)
3). Zaid Bin Haritsah (Anak angkat Nabi SAW)
4). Abu Bakar Ash-Shidiq (Sahabat Dekat Nabi SAW)
Orang-orang yang masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Ash-Shidiq yaitu:
1). Utsman Bin
Affan
2). Zubair Bin Awwam
3). Saad Bin Abi Waqqash
4). Abdurahman Bin Auf
5). Thalhah Bin “Ubaidillah
6). Abu Ubaidillah Bin Jarrah
7). Arqam Bin Abil Arqam
8). Fatimah Binti Khathab
Mereka itu diberi gelar “As-Saabiqunal Awwaluun” Artinya orang-orang yang
terdahulu dan yang pertama-tama masuk Islam dan mendapat pelajaran tentang
Islam langsung dari Rasulullah SAW di rumah Arqam Bin Abil Arqam.
Menyiarkan Agama Islam Secara Terang-Terangan
Tiga tahun
lamanya Rasulullah SAW dakwah secara sembunyi sembunyi dari satu rumah ke rumah
lainnya. Kemudian turun surat Al Hijr: 94 (QS 15 ayat 94). Artinya”Maka
sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang telah diperintahkan
kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik (QS Al Hijr : 15). Dengan
turunnya ayat ini Rasulullah SAW menyiarkan dakwah secara terang-terangan dan
meninggalkan cara sembunyi-sembunyi. Agama Islam menjadi perhatian dan
pembicaraan yang ramai dikalangan masyarakat Makkah. Islam semakin meluas dan
pengikutnya semakin bertambah.
Bagaimana tanggapan orang-orang Quraisy?
Orang-orang
quraisy marah dan melarang penyiaran islam bahkan nyawa Rasul terancam. Nabi
beserta sahabatnya semakin kuat dan tangguh tantangan dan hambatan dihadapi
dengan tabah serta sabar walaupun ejekan, cacian, olok-olokan dan tertawaan,
menjelek-jelekkan, melawan al-Qur’an dan memberikan tawaran bergantian dalam
penyembahan.
Dakwah secara terangan ini walaupun banyak tantangan banyak yang masuk Agama
Islam dan untuk penyiaran Islam Nabi SAW ke Habasyah (Etiopia),Thaif, dan
Yatsrib (Madinah). Sehingga Islam meluas dan banyak pengikutnya terutama
setelah beliau hijrah ke madinah, di Madinah inilah beliau mendirikan negara
islam pertama di dunia dan disana juga beliau membangun sebuah masjid yang
terkenal dengan nama Masjid
Nabawi.
Pada masa kerasulan Nabi Muhammad SAW th ke 10 pada saat “Amul Khuzni”artinya
tahun duka cita yaitu Abu Thalib (pamannya wafat) dan siti Khadijah (istri nabi
juga wafat) serta umat Islam pada sengsara. Ditengah kesedihan ini Nabi
Muhammad dijemput oleh Malaikat Jibril untuk Isra’ Mi’raj yaitu sebuah
perjalanan dari masjidil Aqsha ke Masjidil Haram dan dari Masjidil Haram menuju
ke Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah SWT untuk menerima perintah shalat
lima waktu.
Nabi Muhammad Rasulullah SAW sebagai Uswatun Hasanah
Uswatun
Hasanah artinya teladan yang baik. Panutan dan teladan umat Islam adalah Nabi
Muhammad SAW. seorang laki-laki pilihan Allah SWT yang diutus untuk
menyampaikan ajaran yang benar yaitu Agama Islam. Oleh sebab itu, kita sebagai
muslim harus meniru dan mencontoh kepribadian beliau. Sebagaimana Firman Allah SWT
dalam QS Al Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
الَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو الَّهَ وَالْيَوْمَ
الْآخِرَ وَذَكَرَ الَّهَ كَثِيرًا
Artinya”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW suri teladan yang baik
bagimu bagi orang yang mengharap rahmat Allah SWT dan hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.(QS Al Ahzab:21).
Untuk dapat meneladani Rasulullah SAW harus banyak belajar dari Al-Qur’an dan
Al Hadits. Sebagai salah satu contoh saja yaitu tentang kejujuran dan amanah
atau dapat dipercayanya nabi Muhammad SAW.
Sifat NAbi Muhammad Rasulullah SAW
Rasulullah
SAW mempunyai sifat yang baik yaitu:
1). Siddiq
Siddiq artinya jujur dan sangat tidak mungkin Rasulullah bersifat bohong
(kidzib) Rasulullah sangat jujur baik dalam pekerjaan maupun perkataannya. Apa
yang dikatakan dan disampaikan serta yang diperbuat adalah benar dan tidak
bohong. Karena akhlak Rasulullah adalah cerminan dari perintah Allah SWT.
2). Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya. Sangat tidak mungkin Rasulullah bersifat
Khianat atau tidak dapat dipercaya. Rasulullah tidak berbuat yang melanggar
aturan Allah SWT. Rasulullah taat kepada Allah SWT. Dan dalam membawakan
risalah sesuai dengan petunjuk Allah SWT tidak mengadakan penghianatan terhadap
Allah SWT maupun kepada umatnya.
3). Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan. Rasulullah sangat tidak mungkin untuk
menyembunyikan (kitman). Setiap wahyu dari Allah disampaikan kepada umatnya
tidak ada yang ditutup- tutupi atau disembunyikan walaupun yang disampaikan itu
pahit dan bertentangan dengan tradisi orang kafir. Rasulullah menyampaikan risalah secara sempurna sesuai
dengan perintah Allah SWT.
4). Fathonah
Fathonah artinya cerdas. Sangat tidak mungkin Rasul bersifat baladah atau
bodoh. Para Rasul semuanya cerdas sehingga dapat menyampaikan wahyu yang telah
diterima dari Allah SWT. Rasul adalah manusia pilihan Allah SWT maka sangat
tidak mungkin Rasul itu bodoh. Apabila bodoh bagaimana bisa menyampaikan wahyu
Allah.
Haji
Wada’ Rasulullah SAW
Pada tahun 10 H, nabi Muhammad SAW melaksanakan haji yang
terakhir yautu haji wada’. Sekitar 100 ribu jamaah yang turut serta dalam
ibadah haji bersama beliau. Pada saat wukuf di arafah Nabi SAW menyampaikan
khutbahnya dihadapan umatnya yaitu yang berisi pelarangan melaksanakan
penumpahan darah kecuali dengan cara yang benar, melarang mengambil harta orang
lain dengan cara yang tidak benar, melarang makan makanan yang riba dan
menganiaya, hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik, dan umatnya supaya
berpegang teguh dengan Al Qur’an dan sunah Nabi SAW.
Dalam surat Al Maidah ayat 3 telah diungkapkan bahwa:
Artinya: “ Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan sungguh
telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai
agamamu.” (Q.S. Al Maidah (5) : 3).
Ayat ini menjelaskan bahwa dakwah nabi Muhammad SAW telah sempurna. Nabi
Muhammad SAW dakwah selama 23 tahun. Pada suatu hari beliau merasa kurang enak
badan, badan beliau semakin tambah melemah, beliau menunjuk Abu Bakar sebagai
imam pengganti beliau dalam shalat. Pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 11
Hijriyah beliu wafat dalam usia 63 tahun.
Nabi Muhammad SAW Rahmatan Lil ‘Alamin
Nabi
Muhammad SAW adalah nabi akhiruzzaman yaitu nabi yang terakhir di dunia ini.
Maka setelah nabi Muhammad Saw tidak ada nabi lagi di dunia ini. Allah SWT
mengutus nabi Muhammad SAW sebagai rahmatan lil ‘Alamin artinya beliau diutus oleh
Allah SWT untuk menyebarkan rahmat-Nya dengan cara memperbaiki akhlak. Pada
saat itu masyarakat rusak moralnya hingga norma-norma kesusilaannya bahkan jauh
menyimpang dari ajaran Allah. Semuanya diberantas dan diperbaiki, kemudian
diganti dengan akhlakul karimah yang sesuai dengan wahyu Allah SWT. Dengan
demikian, masyarakat menjadi damai, rukun, bahagia, sejahtera, dan mendapat
ridha Allah SWT, dalam Firman Allah SWT :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan Kami tidak mengutus engkau
(Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. “(Surat Al-Anbiya
: 107).
Nabi Muhamad SAW adalah nabi terakhir yang di utus oleh allah
SWT sekaligus penutup para nabi.