Sejarah
Perang Salib dimulai pada tahun 1095 yang melibatkan pasukan gereja yang
disebut crusader melawan pasukan Muslim hampir di seluruh bagian benua Eropa.
Perang Salib merupakan sebuah gerakan militer dari gereja Katolik Romawi dengan
tujuan merebut kembali akses bagi masyarakat kristen akan tanah suci di
Jerusalem yang dimulai pada sekitar tahun 1905 oleh Paus Urban II. Setelah
Perang Salib Pertama, terjadi perselisihan selama 200 tahun untuk menentukan
siapa yang berhak menduduki tanah suci, dengan 6 Perang Salib besar dan beberapa
Perang Salib kecil. Pada tahun 1291, konflik ini berakhir dengan runtuhnya
benteng milik pasukan Kristen di Acre dan setelahnya, pasukan Katolik Eropa
tidak lagi melakukan serangan ke arah timur. Beberapa sejarawan menganggap
bahwa Perang Salib merupakan sebuah perang bertahan dari sisi Gereja ketika
menghadapi pendudukan oleh Islam, beberapa menganggapnya sebagai konflik
lainnya yang terjadi di garis depan Eropa, dan yang lainnya melihat hal ini
sebagai sebuah ekspansi agresif dan percaya diri yang dilakukan oleh
Kekristenan Barat.
|
Perang Salib |
Awal Mula Perang Salib
Perang Salib mendapatkan namanya dari logo salib yang dikenakan oleh para
pasukan gereja. Terdapat sedikit perbedaan sumber nama dalam bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris yaitu crusade. Dalam etimologi bahasa Inggris, crusade
diambil dari bahasa Prancis croisade dan bahasa Spanyol cruzada yang keduanya
berasal dari bahasa Latin cruciata atau cruzata yang berarti disalib. Meskipun
para pasukan gereja dalam Perang Salib disebut dengan nama Crusader setelah
perang, mereka tidak pernah dipanggil dengan nama tersebut ketika perang sedang
berlangsung. Mereka lebih dikenal dengan nama fideles Sancti Petri yang berarti
pengikut Santo Peter, atau milites Christi yang artinya ksatria Kristus.
Perang Salib dimulai
ketika Reformasi dan Kontra-Reformasi yang terjadi pada abad ke-16, dan para
sejarawan menelisik Perang Salib lewat kacamata agama mereka sendiri. Pemeluk
Protestan melihat Perang Salib sebagai sebuah manifestasi kejahatan dari
kepausan, sementara pihak Katolik melihat gerakan ini sebagai sebuah gerakan
yang dilakukan demi kebaikan bersama. Pada abad Pencerahan, seluruh sejarawan
tampak sepakat dan menilai bahwa seluruh Perang Salib dan Abad Pertengahan
merupakan sebuah kelakuan barbar yang didorong oleh fanatisme.
Peneliti-peneliti dari abad Pencerahan dan sejarawan modern di Barat sudah
mulai memertanyakan masalah moral yang dilakukan oleh para Crusader ini, dan
pada tahun 1950 Steven Runciman menulis bahwa Perang Salib tidak lain hanyalan
sebuah kegiatan tanpa toleransi yang mengatasnamakan Tuhan.
Api yang menyulut
tertulisnya sejarah Perang Salib mulai menyala pada tahun 636 ketika
pasukan Muslim berhasil menundukkan tentara Bizantium dalam Perang Yarmouk dan
kekuasaan akan Palestina diserahkan
kepada dinasti Umayyad, dinasti Abbasid, dan Fatimid. Ketika masa itu terjadi
pula lah tingkat toleransi, perdagangan, dan hubungan politik antara negara
Arab dan negara-negara Kristen Eropa mengalami pasang surut dan terus berlanjut
hingga tahun 1072 ketika Fatimid kehilangan kontrol akan Palestina kepada
Kekaisaran Agung Seljuk. Salah satu contoh kejadian ini adalah ketika khalifah
Fatimid yang bernama al-Hakin bin Amrullah memerintahkan penghancuran Gereja
Sepulchre dan tidak mampu berbuat apa-apa ketika penerusnya mengizinkan
kekaisaran Bizantium membangunnya kembali.
Masa-Masa Perang Salib
Perang Salib yang pertama terjadi adalah Reconquista yang berarti pengambilan
kembali. Perang ini sebenarnya dimulai pada abad ke-8 dan mulai memasuki titik
balik dengan pendudukan kembali Toledo pada tahun 1805 dan baru mendapatkan
“status” sebagai Perang Salib ketika Paus Calixtus II menyatakannya di tahun
1123. Perang Salib yang kedua adalah Perang Salib Rakyat yang terjadi tahun
1096 yang dimulai karena Paus Urban terinspirasi oleh ceramah Peter sang
Pertama dan akhirnya memimpin 20.000 orang biasa menuju Tanah Suci tepat
setelah Paskah tahun itu.
Sejarah Perang Salib berlanjut dengan Perang Salib Pertama
yang terjadi dari tahun 1095 hingga 1099. Para crusader yang ikut dalam perang
ini berangkat dari Prancis dan Italia pada waktu berbeda yaitu Agustus dan
September dengan Hugh Vermandois berangkat pertama membawa 4 bagian dari
tentara yang pergi menuju Konstantinopel secara terpisah. Pemimpin-pemimpin
Perang Salib pertama ini antara lain adalah: Godfrey dari Bouillon, Robert
Curthose, Hugh Vermandois, Baldwin dari Bouillon, Tancred de Hauteville, dan
banyak lagi. Para crusader berusaha menyerang Turki melawan pasukan gabungan
Yahudi dan Muslim yang akhirnya mereka basmi tanpa ampun. Para crusader
kemudian membentuk 4 crusader states yaitu Edessa, Antioch, Tripoli, dan
Jerusalem. Ketika mereka sudah merasa menang, Imad ad-Din Zengi yang saat itu
merupakan gubernur Mosul berhasil menduduki Aleppo pada 1128 dan Edessa pada
1144. Kehilangan crusader state ini memaksa Paus Eugenius III untuk mengadakan
Perang Salib lanjutan.
Perang Salib kedua
terjadi pada tahun 1147 hingga 1149 dan sudah diperkiran oleh beberapa
penceramah yang salah satunya adalah Bernard dari Clairvaux. Perang ini dimulai
tanpa kemenangan signifikan setelah pasukan milik Louis VII dan Conrad III
bergerak ke Jerusalem pada tahun 1147 dan melancarkan sebuah serangan dadakan
yang gagal di Damaskus. Meski begitu, perang ini mendapat berita bagus dengan
kemenangan pasukan Eropa Utara yang berhasil mengambil kembali Lisbon. Sebelum
akhirnya berhenti sepenuhnya, terjadi lagi beberapa Perang Salib yaitu: Perang
Salib Swedia Pertama, Kedua, Ketiga, Perang Salib Ketiga, Perang Salib 1197,
Perang Salib Keempat, Perang Salib Albigensia, Perang Salib Anak-anak, Perang
Salib Kelima, Perang Salib Keenam, Perang Salib Salib Ketujuh, Perang Salib
Kedelapan, Perang Salib Kesembilang, Perang Salib Aragon, Perang Salib
Smyrniote, Aleksandria, dan Savoyard, dan beberapa Perang Salib kecil lainnya
yang membentuk sebuah daftar panjang tentang sejarah Perang Salib.
ADS HERE !!!