Nabi Ismail adalah putra nabi
Ibrahim dengan istri mudahnya yakni Siti Hajar. Telah diterangkan pada kisah
nabi Ibrahim yang dihadiahi raja Mesir berupa seorang budaknya. Atas
persetujuan Siti Sarah akhirnya nabi Ibrahim mau mengawini Siti Hajar. Dengan
demikian Siti Hajar bukan menjadi budak bagi nabi Ibrahim
Dari rahim Siti Hajar lahir seorang laki-laki yang kemudian
diberi nama Ismail. Dari turunan nabi Ismaillah kelak lahir seorang nabi yang
menjadi panutan umat seluruh dunia, yaitu nabi
Muhammad SAW.
Seperti ayahnya, nabi Ismail juga mengadakan dakwah untuk mengajak orang Makkah
segera menunaikan kewajibannya yaitu menyembah Allah dan memulyakan nama-Nya.
Hal ini dilakukan sebab semua penduduk Makkah waktu itu sudah menyimpang dari
ajaran nabi Ibrahim.
Dari nabi Ismail akhirnya bukti kebesaran dan keagungan Allah hingga kini masih
ada. Seperti sumur Zam-Zam, dan bangunan Ka'bah. Dari nabi Ismaillah sehingga
qurban pada hari raya Idul Adha diabadikan oleh orang Islam hingga kini.
Doa yang dipinta oleh nabi Ibrahim dikabulkan Allah. Sebab dari keturunannya
semua menjadi pemimpin kaum masing-masing dan menjadi pesuruh Allah.
Putra yang dilahirkan dari rahim Siti Hajar menurunkan pemimpin dan Rasul.
Diantara keturunannya ialah Nabi Besar Muhammad SAW. Sedangkan dari rahim Siti
Sarah terlahir keturunan yang menjadi pemimpin dan rasul pula. Sehingga sangat
tepat jika nabi Ibrahim mendapat julukan
"Bapak para nabi".
Nabi Ibrahim dan Anak istrinya Hijrah
Setelah
nabi Ibrahim mengawini Siti Hajar dan melahirkan seorang anak laki-laki
(Ismail) ternyata membuat Kecemburuan dihati Siti Sarah, la sangat iri dengan
anak yang dilahirkan Siti Hajar sebab sampai usia tua ia belum juga dikaruniai
seorang anak. Sedangkan Siti Hajar yang baru dinikahi nabi Ibrahim, telah
dikaruniai anak.
Meskipun demikian Siti Sarah tidak berhenti memohon pada Allah. Sebab ia
meyakini jika suatu saat doanya pasti terkabul. Dan hal ini menjadi kenyataan
sebab dikala lanjut usia ia diberi kabar oleh tiga malaikat yang menyamar
sebagai manusia. Ketiga malaikat itu mengabarkan bahwa Siti Sarah akan
mempunyai anak laki-laki dan kelak menjadi seorang panutan kaumnya.
Mendengar berita ini Siti Sarah tertawa geli sebab ia sudah tua dan merasa
dirinya telah mandul. Akhirnya khabar itu menjadi kenyataan. Karena suka
citanya anak laki-laki yang dilahirkan diberi nama Ishaq yang artinya tertawa.
Kita kembali pada masalah hijrahnya Siti Hajar beserta anaknya. Kala itu nabi Ismail
masih berupa bayi sudah dibawa oleh ayahnya (nabi Ibrahim) beserta ibunya
pindah dari negeri Syam dengan tujuan yang tak pasti. Kepergian mereka
disebabkan oleh kecemburuan Siti Sarah yang merasa iri dengan Siti Hajar.
" Wahai Ibrahim, jika kau masih mencintai aku dan Siti Hajar aku meminta
suatu persyaratan. Sebab selama ini aku belum mempunyai seorang anakpun.
Sedangkan dia (Siti Hajar) sudah dikaruniai anak. Jika mereka masih tinggal
satu atap denganku, maka membuat hatiku hancur, "kata Siti Sarah kepada
Ibrahim pada suatu malam. Mendengar permintaan ini, nabi Ibrahim sangat
terkejut. Sebab sebelumnya tidak ada perselisihan antara dua isterinya.
Kemudian nabi Ibrahim menanyakan maksud ucapan Siti Sarah.
" Wahai Dinda, bukanlah kemauanku menikahi Siti Hajar. Tapi semua itu
kulakukan karena permintaanmu. Dan mengapa sekarang mempunyai pikiran seperti
itu ? "tanya nabi Ibrahim pada Siti Sarah. Yang ditanya tidak langsung
menjawab. Di dasar hatinya juga menyesal setelah berkata demikian. Meskipun demikian
disisi lain ia merasa iri jika melihat Ismail ditimang nabi Ibrahim.
" Bukan maksudku untuk mengusir kalian. Namun demi kebaikan kita bersama,
aku minta kanda meninggalkan saya untuk memberi tempat tersendiri bagi adikku
Hajar. Sebab setiap aku melihat kanda menimang Ismail hatiku terasa hancur,
"kata Siti Sarah sejurus kemudian. Karena nabi Ibrahim adalah seorang
utusan dan kepercayaan Allah, maka ia tidak mau melihat isteri tuanya tersiksa.
la juga menyadari bahwa ini adalah suatu ujian bagi dirinya dan anaknya. la
terima dengan lapang dada.
" Baiklah jika hal ini yang dinda inginkan. Aku juga tidak tega melihat
dirimu menderita, besok pagi-pagi aku dan mereka akan berangkat, "kata
nabi Ibrahim pada Siti Sarah.
Pembicaraan nabi Ibrahim dengan Siti Sarah tidak diketahui oleh Siti Hajar
sebab kamar yang ditidurinya berjauhan letaknya. Setelah menidurkan Ismail,
Siti Hajarpun tertidur pulas. Sehingga semua pembicaraan nabi Ibrahim dan Siti
Sarah tidak sempat terdengar olehnya.
Setelah keesokan harinya, pagi-pagi benar nabi Ibrahim membicarakan hal itu
dengan Siti Hajar. la mengatakan bahwa Siti Sarah menyuruh demikian untuk
kebaikan bersama. Sehingga tidak melukai hati Siti Hajar.
Semua perbekalan yang diperlukan telah disiapkan. Kemudian mereka minta diri
pada Siti Sarah. Melihat hal ini Siti Sarah meneteskan air mata seraya berkata:
"Aku minta maaf terhadap kalian. Sebab aku telah melukai hatimu, adikku,
"katanya pada Siti Hajar. Siti Hajar juga meneteskan air mata ketika
hendak berangkat. ia berkata: Tidak apalah kanda, ini adalah suatu ujian bagi
kami yang diberikan Allah. Aku mengharapkan kanda tetap sehat wal-afiat setelah
sepeninggalanku, "katanya pada Siti Sarah. Kemudian mereka berpelukan.
Siti Sarah mengecup pipi dan kening nabi Ismail yang masih bayi.
" Semoga Tuhan bersama kalian, dan sekali lagi aku minta maaf, "kata
Siti Sarah sambil melambaikan tangannya dan dibalas pula oleh Siti Hajar.
Nabi Ibrahim dan Hajar yang menggendong Ismail berjalan menuruti kakinya
melangkah. Mereka berjalan tanpa ada tujuan pasti. Walaupun diterpa angin gurun
dan panasnya matahari, namun mereka tetap berjalan. Hingga di suatu tempat,
nabi Ibrahim mendapat wahyu dari Allah agar berhenti disitu.
Dinda ! "Allah menyuruh kita berhenti dan tinggal disini, "kata nabi
Ibrahim pada isterinya. Isterinya terkejut sebab daerah yang menjadi tempat
tinggalnya itu masih lengang dan tidak ada sumber air sedikitpun.
" Duhai kanda, berarti kita tinggal disini dan menjadikan daerah yang sepi
ini perkampungan baru, "katanya sambil meneteskan air mata. Sebab dalam
hatinya ia takut dan ngeri tinggal pada daerah gurun yang sangat panas jika
siang hari dan sangat dingin jika malam hari. Nabi Ibrahim sebenarnya tidak
tega mendengar ucapan ini.
" Sebenarnya aku juga tidak tahu hidup disini, namun Allah telah
mewahyukan demikian. Kita tidak dapat berbuat apa-apa. Sabarlah dan berdoalah
pada Allah agar semua kesusahan dapat diatasi, "kata nabi Ibrahim
menghibur. Meskipun demikian dalam lubuk hatinya sangat kasihan pada penderitaan
isterinya.
Kemudian nabi Ibrahim memasang
tenda untuk tempat berlindung mereka dari terik matahari. Sesuai dengan
perkataan jika ia telah menemukan tempat untuk dijadikan tempat tinggalnya,
maka akan segera kembali lagi pada Siti Sarah guna menjenguk dan mengabarinya.
" Isteriku, sekarang tenda sudah terbentang dan kalian tidak akan terkena
terik matahari lagi. Maka aku akan kembali ke negeri Syam untuk mengabari
kakakmu sekalian menjenguk kesehatannya, "kata nabi Ibrahim kepada
isterinya. Mendengar hal ini Siti Hajar terkejut
" Dengan siapa aku akan memecahkan persoalan. Dan kepada siapa engkau akan
menitipkan kami ? "tanyanya sambil meneteskan air mata. Hal ini membuat
hati nabi Ibrahim trenyuh. Meskipun demikian ia tetap berpegang pada Allah. Dan
ia yakin bahwa Allah akan menjaga isteri serta anaknya jika ditinggalkan kelak.
" Aku akan menitipkan kalian pada Allah Tuhanku, "kata nabi Ibrahim
pada isterinya. Siti Hajar hanya menundukkan kepalanya saja seraya meneteskan
air matanya. " Jika Tuhan telah menghendaki demikian kita harus
menerimanya dengan lapang dada, "kata Siti Hajar dengan iba.
Nabi Ibrahim dengan berat hati meninggalkan anak dan isterinya ditengah gurun
pasir.
" Dinda, aku minta pamit. Semoga Allah menjaga kalian, dan jagalah anak
kita, "kata nabi Ibrahim minta diri dan berpesan agar selalu menjaga
anaknya. Kemudian ia mengatakan kelak akan mendatangi anak dan isterinya.
" Silahkan pergi kanda, aku berdoa agar Allah menjaga keselamatanmu
diperjalanan hingga di rumah kanda (Siti Sarah), salamku buat kanda, "kata
Siti Hajar merelakan kepergian suaminya. Kemudian nabi Ibrahim mengecup kening
anaknya. Dan berangkatlah ia meninggalkan dua insan ditengah ganasnya gurun
pasir.
Terjadinya Sumur Zam-Zam
Setelah kepergian nabi Ibrahim, maka Siti Hajar yang mengurus anaknya sendiri.
Sebab tiada lagi tempat berbagi suka maupun duka. la hanya menyerahkan semuanya
pada Allah, la yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan pada hambanya yang
menderita.
Seperti biasanya, hari itu terik matahari seakan-akan memanggang bumi. Di dalam
tenda suhu sangat panas. Hal ini membuat nabi Ismail yang masih bayi tidak
tahan. Akhirnya ia menangis sejadi-jadinya. Siti Hajar yang berperasaan halus
segera menyusui anaknya dengan penuh kasih sayang
Setelah puas menetek ibunya.
Ismail yang masih kecil terdiam dan tertidur. Rasa dahaga yang telah hilang
membuatnya tertidur pulas. Kini rasa dahaga itu menyerang sang ibu. Setelah membaringkan
bayinya, Siti Hajar berusaha mencari sumber air untuk melenyapkan rasa
dahaganya. la memandang ke bukit yang agak jauh dari tendanya. Tampak disana
warna hijau seperti air. Sambil berlari ia menuju bukit itu. Namun sesampainya
disana ia tidak menemukan air sedikitpun. Kemudian Siti Hajar menoleh ke
belakang dan matanya tertuju pada sebuah tempat lain yang tampak biru seperti
air. la menuju tempat yang dilihatnya, Namun yang dijumpainya itu bukalah air.
Hanya penglihatannya saja yang diliputi fatamorgana.
Setelah
mencari air ke sana kemari tidak ditemukan akhirnya Siti Hajar kembali ke
perkemahannya. la mendapatkan nabi Ismail menangis sejadi-jadinya. Siti Hajar
segera menyusui kembali namun air susunya sudah tidak lagi sederas sebelumnya.
Meskipun demikian nabi Ismail terdiam dan tertidur pulas lagi.
Setelah menidurkannya kembali, Siti Hajar berusaha mencari air lagi. Seperti
semula ia berlari menuju tempat yang satu ke tempat yang lain. Hingga ia
berlari-lari kesana kemari sebanyak tujuh kali, sementera dahaga semakin
menggigit tenggorokannya. Akhirnya ia kembali ke perkemahannya dan mendapatkan
nabi Ismail menangis. la hanya berdoa pada Allah disela-sela tangisnya.
" Ya Allah yang Maha Mendengar dan Mengetahui. Tolonglah hambamu yang
lemah ini. Kami tidak tahan dengan ujian yang berat ini, "kata Siti Hajar
sambil menyusui anaknya. Namun air susu itu sudah tidak keluar lagi. Kemudian
ia membaringkan Ismail disisinya dan terus berdoa. Ismail yang masih bayi itu
menangis semakin keras dan menghentak-hentakkan kakinya ke tanah.
Sungguh Allah Maha Mendengar dan menolong hamba-Nya yang berada dalam
kesusahan. Dengan kekuasaan-Nya maka tanah yang dihentak-hentakkan oleh kaki
nabi Ismail tiba-tiba memancarkan air yang sejuk dan jernih. Ketika itu Siti
Hajar belum mengetahui sumber air yang ada didekatnya karena sangat khusuknya
berdoa. Setelah merasakan pakaiannya basah barulah tersadar. Begitu melihat air
yang memancar dari tanah bekas hentakan kaki Ismail segera bersujud.
" Ya, Allah Engkau telah Mendengarkan dan menolong kami, Alhamdulillah ya
Allah, "katanya sambil mengangkat tangannya ke atas. Kemudian ia
menggerak-gerakkan tangannya untuk mengumpulkan air yang meluap. Dengan segera
ia berkata :
" Zam-Zam" yang artinya kumpullah ! "Air itupun berkumpul
sehingga tidak meluap lagi. Dengan segera ia mengambil dengan telapak tangan
untuk dituangkan ke mulut anaknya. la sendiri meminumnya sepuas-puasnya.
Air yang memancarkan di tengah gurun pasir itu tidak habis-habisnya, namun
setelah Siti Hajar menyuruh air itu berkumpul, maka dengan kekuasaan Allah
airpun berkumpul. Hingga kini sumur itu masih ada dan menjadi bukti kekuasaan
Allah dan kebesaran Allah. Orang menyebutnya dengan nama sumur
"Zam-Zam".
Adanya sumur air yang memancar terus menerus tanpa berhenti itu membuat
burung-burung mengitari di atas tenda Siti Hajar. Semakin lama semakin banyak
burung-burung itu. Sudah menjadi tanda bagi kafilah-kafilah yang berdagang dan
melewati padang pasir jika ada burung yang banyak mengitari suatu tempat pasti
ada sumber air dibawahnya.
Melihat hal yang demikian itu sehingga berbondong-bondonglah kafilah menuju ke
tempat tersebut. Setelah tiba disana betapa terkejutnya ketika sumber air yang
memancarkan ternyata milik seorang wanita dengan anaknya yang masih bayi.
Para kafilah yang butuh air itu meminta izin agar diperbolehkan mengambilnya.
Siti. Hajar dengan senang hati mempersilahkan para kafilah meminum
sepuas-puasnya.
" Wahai, mengapa engkau ada ditengah-tengah padang pasir yang panas dan
lengang ini sendirian ? "tanya mereka sambil melepaskan lelah.
" Saya adalah isteri seorang pesuruh Allah yang bernama Ibrahim. Dan ini
merupakan ujian dari Allah. Seberat apapun pasti akan kami terima dengan lapang
dada. Sebab ujian tersebut merupakan kenikmatan bagi kami, "jawab Siti
Hajar dengan jujur. Karena para kafilah merasa iba melihat bayi yang
digendongnya, maka mereka memberi roti sebagai imbalan karena diperbolehkan
meminta airnya.
" Suami saya saat ini sedang pergi ke negeri Syam untuk menemui isteri
tertuanya. Dan saya adalah isteri keduanya, "kata Siti Hajar sembari
menerima roti.
Karena merasa kasihan melihat Siti Hajar hanya berdua dengan anaknya yang masih
bayi, akhirnya mereka mendirikan tenda disitu. Mungkin juga karena ditempat itu
ada sumber air yang tidak lain adalah sumur Zam-Zam.
Kian lama semakin banyak tenda-tenda yang didirikan. Dalam waktu yang relatif
singkat di tempat itu telah berubah menjadi suatu perkampungan.
Perkampungan itu diberi nama Makkah. Karena pada perkampungan itu terletak
sumber air, maka menjadi lintasan utama bagi para kafilah. Meskipun para
kafilah telah membuat rumah di dusun kecil itu, mereka tetap melakukan
aktivitasnya yaitu pedagang.
Sejalan dengan perkembangan jaman, maka Ismail pun bertambah dewasa. Orang-orang
kampung itu memilihnya untuk jadi pemimpinya. Sebab hal ini ditilik jasa ibunya
yang telah mengijinkan meminum air dan bertempat tinggal di daerah itu.
Meskipun usianya yang masih bocah, Ismail memiliki karakter dan kepribadian
yang dapat dijadikan contoh bagi penduduknya. Semua yang dikatakan nabi Ismail
selalu dituruti.
Setelah lama berada di negeri Syam, akhirnya nabi Ibrahim kembali mendatangi
isteri dan anaknya yang telah lama ditinggalkannya ditengah-tengah ganasnya
padang pasir. Setelah meminta izin pada Siti Sarah akhirnya ia pergi
meninggalkan negeri Syam. Berhari-hari nabi Ibrahim berjalan di atas pasir yang
panas. Namun hal ini tidak menjadikannya putus asa. Sebab ia membayangkan
Ismail sudah tumbuh dewasa.
Betapa terkejutnya nabi Ibrahim ketika memasuki dusun yang terpencil. la
mengingat-ingat bahwa dulu pernah ditinggalkannya seorang wanita dan anaknya.
Dalam hatinya menyebutkan bahwa daerah itu adalah tempat nabi Ismail dan Siti
Hajar ditinggal, mengapa kini menjadi suatu dusun yang ramai.
Dengan memberanikan diri nabi Ibrahim memasuki dusun tersebut dan bertanya pada
salah satu penduduk yang dijumpainya.
" Wahai saudaraku, saya ingin bertanya sesuatu, apakah nama dusun ini,
"tanya nabi Ibrahim kepada penduduk itu. Orang itu menjawab : "Dusun
ini bernama Makkah. Dan tuan tentunya bukan penduduk sini ? "kata orang
itu kepada Ibrahim.
" Adakah sesuatu yang bisa saya bantu, "kata orang itu menambahkan
dan sekaligus menawarkan jasa. Nabi Ibrahim merenung sesaat. Kemudian katanya :
"Saya dari negeri Syam yang jauh tempatnya. Dan saya kesini mencari isteri
dan anak saya. Mereka kutinggalkan beberapa tahun yang lalu. Ketika itu keadaan
masih sepi dan hanya mereka yang berada ditengah-tengah padang pasir ini.
Menurut naluri saya, ditempat inilah mereka kutinggalkan, "kata nabi
Ibrahim menjelaskan dan menyebutkan nama anak dan isterinya.
Orang itu sangat terkejut begitu mendengar nama anak dan isteri nabi Ibrahim.
Kemudian katanya : "Mereka merupakan panutan bagi kami. Merekalah yang memiliki
kampung ini. Mari saya tunjukkan rumahnya ! "kata orang itu dan mengajak
nabi Ibrahim ke rumah Siti Hajar.
Pertemuan yang mengharukan itu akhirnya terjadi. Nabi Ibrahim tercengang begitu
melihat anaknya. Begitu pula dengan Ismail, la hanya
terdiam sambil melihat wajah nabi Ibrahim. Yang ia dengar selama ini mengenai
ayahnya hanya dari cerita ibunya belaka. Kini mereka sudah dipertemukan
kembali.
" Wahat Ismail anakku, benarkah kau ini Ismail yang telah kutinggalkan
bersama ibumu dahulu, "kata nabi Ibrahim kepada anaknya. Kemudian nabi
Ismail menoleh pada ibunya seakan bertanya, apakah benar yang dihadapannya itu
ayahnya. Ibunya yang tahu dari sinar mata nabi Ismail menganggukkan kepalanya.
Dengan segera Ismail menubruk ayahnya sambil merangkulnya.
" Ismail, maafkan ayah yang telah meninggalkan kalian terlalu lama. Hal
itu bukan kemauanku namun aku diberi wahyu Allah untuk menyebarkan dakwahku di
negeri Syam, "kata nabi Ibrahim. Nabi Ismail meskipun masih bocah namun
berpikir dewasa. la memaklumi keadaan ayahnya.
Doa nabi Ibrahim ketika meninggalkan isteri dan anaknya dikabulkan Allah. Sebab
kenyataannya kini padang pasir yang lengang dan ngeri itu sudah menjadi suatu
perkampungan ramai. Di sana banyak penduduk yang memelihara ternak mulai dari onta
sampai kambing gibas.
Adapun doa nabi Ibrahim ketika itu telah diabadikan dalam Al Qur'an surat
Ibrahim ayat 37 sampai 38 :
Artinya : " Ya Tuhan kami, sesungguhnya kau telah menempatkan sebagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat Rujah Engkau
(Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka
mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada
mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka dapat
bersyukur. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan
dan apa yang kami lahirkan dan tidak ada satupun yang tersembunyi bagi Allah,
baikyang ada di bumi maupun yang ada di langit". (Ibrahim 37 - 38)
Wahyu Untuk Menyembelih Ismail
Suatu malam nabi Ibrahim bermimpi disuruh Allah.untuk menyembelih anaknya.
Begitu terbangun, beliau duduk termenung sebab belum puas untuk menikmati
hidupnya bersama anaknya, tiba-tiba Allah menyuruh untuk menyembelih Ismail.
Dilain ia tidak tega, namun hatinya mengatakan bahwa mimpi itu adalah wahyu
Allah yang harus dilaksanakan. Perang batin ini berlangsung hingga lama, namun
ia tetap memutuskan untuk menuruti wahyu Allah. Kemudian didatanginya Ismail
yang kala itu masih bocah dan sedang bermain dengan kawan sebayanya.
" Ismail anakku, aku mendapat wahyu dari Allah Tuhan kita untuk menguji
kesabaranku dan kesabaranmu, "kata nabi Ibrahim sambil membelai anaknya.
Nabi Ibrahim sebenarnya tidak sampai hati mengatakan maksudnya kepada anaknya.
Namun demi wahyu Allah ia harus mengatakannya juga. Nabi Ismail yang tidak mengerti
kata-kata ayahnya lalu menanyakan.
" Wahai ayah, apa yang kau maksudkan dengan perkataanmu itu. Terangkan
kepadaku, "kata Ismail yang masih belum mengerti arah tujuan pembicaraan
ayahnya. Dengan menghela napas, nabi Ibrahim menjawab. "Anakku, sesungguhnya
aku telah disuruh Allah untuk menyembelih kamu. Tentu hal ini sangat berat bagi
kita. Namun mimpi itu merupakan wahyu, aku harus melaksanakannya juga,
"kata nabi Ibrahim menerangkan ikhwal mimpinya.
" Jika memang itu kehendak Allah, maka kita harus menerimanya dengan rela
hati, meskipun menyakitkan, "jawab Ismail.
Kemudian mereka berdua pulang kerumahnya. Nabi Ibrahim menyatakan maksudnya
pada Siti Hajar. Semula Siti Hajar terkejut dengan ucapan nabi Ibrahim. Sebab
anak satu-satunya harus direlakan untuk qurban sebagaimana dalam mimpi
suaminya.
" Dinda, sesungguhnya akupun tak rela jika anak kita harus mati sebagai
qurban. Namun apa boleh buat semua itu sudah diwahyukan Allah kepadaku. Bukan
tidak mungkin Allah sedang menguji kesabaran kita, "kata nabi Ibrahim
menjelaskan pada
Isterinya. Sejenak mereka
terdiam. Mereka memikirkan sesuatu yang mengarah pada pengurbanan Ismail.
Kemudian isterinya menjawab, "Jika itu memang keputusan Allah, kita tidak
dapat menolaknya, "kata Siti Hajar, air matanya berlinang dipipinya.
" Kapan kanda akan melakukan qurban terhadap Ismail,
"tanya Siti Hajar kepada nabi Ibrahim yang ada disampingnya. Meskipun
demikian ia tetap menabahkan hatinya menerima ujian yang dianggapnya paling
berat ini. Bagaimana tidak berat sebab Ismail yang baru bertemu dengan ayahnya
harus diqurbankan. Siti Hajar hanya meminta pada Allah dalam hatinya agar
ditabahkan dirinya menerima ujian ini.
" Jika engkau telah merelakan, maka qurban itu akan kulakukan besok pagi
setelah aku sembahyang. Hal ini sesuai dengan wahyu yang ku terima melalui
mimpi, "kata nabi Ibrahim menjelaskan. Suaranya sangat pelan hampir tidak
dapat didengarkan.
Kemudian mereka tidur bertiga. Malam itu nabi Ibrahim bermimpi seperti yang
sudah ia alami. Yaitu untuk menetapkan hatinya mengurbankan Ismail besok pagi.
Keesokan harinya, pagi-pagi benar tepatnya tanggal 10 Dzulhijjah sesudah
shalat, nabi Ibrahim mengajak anaknya pada suatu tanah lapang. Dengan bertakbir
sepanjang jalan ia membimbing nabi Ismail kemudian didudukkan pada sebuah
lempengan batu.
" Wahai anakku, tetapkan hatimu. Karena ini merupakan ujian yang berat
buat kita. Bersabarlah, niscaya Allah akan mendengarkan doa kita. Sebab Allah
menyukai orang-orang yang sabar, "kata nabi Ibrahim sambil merebahkan nabi
Ismail pada batu itu.
Kemudian nabi Ibrahim bertakbir sembari menghunus pedangnya dari pinggang.
Pedang yang mengkilat terterpa sinar matahari tidak menggoyahkan hati nabi
Ismail. Nabi Ismail tetap meng-Esakan Allah dengan menyebut:
" La ilahailallahu Allah hu akbar".
Sedangkan nabi Ibrahim terus menyebut kebesaran Allah
"Allahu Akbar Allahhu Akbar Allahu Akbar. Kemudian pedang itu ditempelkan
pada leher nabi Ismail. Pada saat-saat yang mengerikan itu, sebelum pedang
melukai leher nabi Ismail datanglah malaikat sambil membawa seekor kambing
gibas. Kemudian ia berkata : "Wahai Ibrahim, sungguh tabah dan sabar
hatimu dalam menghadapi ujian yang sangat besar ini, "kata malaikat sambil
menyerahkan kambing yang dibawanya. Kemudian nabi Ibrahim berkata ; "Wahai
Jibril, sesungguhnya aku tidak akan berlari dan bersembunyi menghadapi ujian
ini. Begitu pula dengan Ismail. Mengapa kau datang sambil membawa kambing itu ?
"tanya nabi Ibrahim.
Kemudian malaikat itu menerangkan bahwa persembahan nabi Ibrahim dengan
mengorbankan anaknya sendiri telah diterima oleh Allah. Sedangkan sebagai
gantinya ialah kambing. Maka sampai sekarang umat Islam yang mampu setiap Idul
Adha, mereka akan mengurbankan sebagian harta mereka berupa kambing.
Hal ini sudah menjadi syari'at agama Islam. Sebab dengan adanya kurban itu
berarti kita ingat lagi pada kesabaran nabi Ibrahim dan nabi Ismail dalam
menghadapi ujian yang sangat berat. Selain itu bertujuan untuk menghormati
kedua nabi yang sabar itu.
Mengenai pembicaraan mimpi nabi Ibrahim sampai pada penyembelihan Ismail telah
diabadikan dalam Al Qur'an surat Ash Shoffat ayat 102 sampai 107 yang berbunyi
Artinya : Maka tatkala anak itu sudah sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata : "Hai anakku sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah pada pendapatmu ?
"Ismail menjawab : "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar". (As-Shofat: 102)
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya
alaspelipis (nya), nyatalah kesabaran keduanya". (Ash-Shoffat: 103)
Dan Kami memanggil dia : "Hai Ibrahim", (Ash-Shoffat: 104)
Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (Ash-Shoffat: 105)
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (Ash-Shoffat : 106)
Dan Kami tebus anak itu dengan sembelihan yang besar. (Ash-Shoffat: 107)
Dengan datangnya malaikat, maka penyembelihan terhadap Ismail tidak jadi
dilakukan sebab diganti dengan seekor kambing gibas yang besar.
Nyatalah sudah kesabaran keduanya dalam menghadapi ujian yang sangat berat.
Dengan kesabaran itulah akhirnya Allah berfirman dalam surat Ash-Shoffat ayat
108 yang artinya :
" Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) dikalangan
orang-orang yang datang kemudian". (Ash-Shoffat: 108)
Maksud dari firman Allah itu ialah menyebutkan nama Ibrahim bagi setiap
umat Islam yang datang ke Makkah untuk berhaji. Selain itu nama Ibrahim juga
disebut dalam sholat khususnya pada saat Attahiyat.
Sedangkan nabi Ismail digolongkan orang-orang yang sabar sesuai dengan firman
Allah surat Al-Anbiyaa' ayat 85 sampai 86 yang berarti:
" Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Dzulkifli. Semua mereka
termasuk orang-orang yang sabar" (Al Anbiyaa': 85)
" Kami telah memasukkan mereka dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka
termasuk orang-orang yang saleh". (Al-Anbiyaa': 86)
Dari kisah di atas kita dapat menjadikan contoh tauladan dengan kesabaran
nabi Ismail dalam menghadapi ujian yang seberat apapun. Dengan kesabaran itulah
kita akan semakin dikasihani oleh Allah.
Selain itu nabi. Ismail dipastikkan dalam golongan nabi oleh Allah. Hal hi
disebutkan dalam Al Qur'an surat Shaad ayat 48 :
Dan ingatlah akan Ismail, llyasa' dan Dzulkifli. Semuanya termasuk
orang-orang yang paling baik. (Shaad: 48)
4. Pembangunan Ka'bah
Setelah ujian berupa perintah untuk menyembelih anaknya dilakukan, kini nabiIbrahim mendapat wahyu lagi yaitu untuk mendirikan Ka'bah. Wahyu itu diterima
oleh nabi Ibrahim ketika sedang menyebarkan dakwahnya di daerah lain.
Diceritakan bahwa setelah melakukan ujian pertama yang berat dan lulus serta
diterima Allah, maka nabi Ibrahim pamit untuk pergi lagi guna menyebarkan
ajarannya. Perpisahan terjadi lagi antara mereka.
Setelah sekian lama berada ditempat lain nabi Ibrahim mendapat wahyu dari Allah
agar membangun Ka'bah di Makkah. Setelah mendapat wahyu itu bergegaslah nabi
Ibrahim kembali menemui anak dan isterinya di Makkah.
Berhari-hari ia melakukan perjalanan sebagai kafilah menuju Makkah. Setelah
tiba, ia sangat gembira begitu mendapatkan anaknya dan isterinya dalam keadaan
sehat Anaknya tumbuh dengan sehat sehingga memiliki tubuh yang kekar dan kuat.
Nabi Ibrahim menjelaskan ikhwal mimpinya kepada nabi Ismail. Nabi Ismail
mendukung perkataan ayahnya. Sebab ia mengetahui bahwa apa yang dikatakan
ayahnya merupakan wahyu dari Allah. Dan ini juga merupakan ujian bagi kedua
insan itu.
Nabi Ibrahim menunjukkan tempat yang hendak dijadikan berdirinya Baitullah itu.
Dalam mimpinya ia disuruh Allah untuk mendirikan Ka'bah di dekat sumur Zam-Zam.
Maka akhirnya keduanya berangkat menuju ke tempat yang telah ditunjuk nabi Ibrahim.
Batu yang besar-besar dan sudah berbentuk diangkat dan diletakkan oleh kedua
nabi itu dengan tangannya sendiri. Sedikit demi sedikit, akhirnya bangunan itu
berdiri dengan megahnya.
Setiap selesai mengerjakan pekerjaan mereka selalu berdoa kepada Allah.
"Ya, Allah yang Tuhan kami terimalah persembahan kami, Engkau Maha
Mendengar dan Maha Mengetahui. Jadikanlah kami berdua orang yang tunduk dan patuh
kepada-Mu".
Di bagian tertentu kedua anak dan bapak itu meletakkan batu besar yang berwarna
hitam mengkilat. Sebelum diletakkan pada lempatnya terlebih dahulu diciumnya
batu itu sambil mengelilingi bangunan Ka'bah yang telah berdiri megah.
Batu itu dinamakan Hajar Aswad. Penciuman batu dan kelilingnya nabi Ibrahim
beserta anaknya kini sudah menjadi sunat rukun haji. Sebab dengan adanya
perbuatan keliling dan mencium batu itu secara tidak langsung menghormati nabi
Ibrahim dan nabi Ismail yang telah membangun Ka'bah dengan tangannya sendiri.
Selain itu merupakan hal yang tak dapat dilupakan betapa besar kekuasaan Allah
yang telah menyuruh kedua nabi itu untuk membangunnya. Sehingga menjadi bukti
bagi umat yang kafir
Kemudian Allah mengajarkan pada kedua nabi itu cara mengerjakan ibadat-ibadat
kepada-Nya. Ibadat-ibadat itu akhirnya menjadi tradisi turun temurun hingga
nabi akhir zaman yaitu Muhammad SAW. Diantara ibadat-ibadat yang diajarkan
Allah kepada nabi Ibrahim dan nabi Ismail adalah :
- Mengerjakan Shalat
- Mengerjakan Puasa
- Mengerjakan Zakat
- Mengerjakan Haji
Dan yang paling penting adalah menyeru pada umat kafir agar mau kembali pada
ajaran yang benar. Mereka (umat) itu diajak pada agama Tauhid (Islam) sebab
ajarannya sangat benar. Selain itu pula nabi Ibrahim dan nabi Ismail diharuskan
menjaga kebersihan Ka'bah dari segala kotoran seperti kotoran yang bisa membuat
najis, dan kotoran berupa ma'nawi seperti berdirinya berhala. Dengan adanya
Ka'bah berarti semua penyembahan terhadap berhala harus dilupakan dan
dihentikan. Kemudian Allah mewahyukan pada Ibrahim agar memanggil semua ummat
untuk datang ke Ka'bah seperti yang telah diabadikan Al Qur'an surat Al Hajj
ayat 27 sampai 28.
Artinya:
Dan berserulah (hai Ibrahim) kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai onta yang
kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. (Al Hajj: 27)
Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka yang menyebut nama
Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah berikan kepada
mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian dari padanya dan
(sebagian lagi) berikanlah pada untuk dimakan yang sengsara lagi fakir. (Al
Hajj :28)
Nabi ibrahim setelah mendapatkan wahyu, ia melakukan panggilan pada empat
penjuru. Mula-mula sebelah timur Ka'bah kemudian utara, selatan dan sebelah
barat. Dan panggilan itu dikabulkan Tuhan, sehingga sekarang umat Islam yang
mampu akan melaksanakan perintah-Nya seperti naik haji.
Demikianlah kisah nabi Ismail As yang sabar dalam menghadapi
cobaan dari Allah walaupun seberat apapun. Hendaknya bisa dijadikan contoh pada kehidupan, sehingga di saat mendapat
cobaan mampu menghadapinya dengan sabar, Dan disaat mendapatkan rezki yang
banyak, selalu mengucapkan syukur kepada Allah SWT. Semoga Bermanfaat...