Setelah nabi Nuh diselamatkan
Allah dari bahaya banjir yang menimpa kaum kafir, maka pengikutnya menurunkan
kaum yang baru. Kaum ini disebut 'Ad. Jika ditarik garis keturunanan,
maka kaum ini menduduki generasi kedelapan setelah nabi Nuh.
|
Makam Nabi Hud As. |
Kaum ini
tinggal di sebuah daerah yang bernama "Hadratulmaut". Di daerah ini
mereka dapat melakukan aktivitasnya sebagai petani. Sehigga tanah yang
dianugerahkan Allah kepadanya diolah dan menghasilkan buah-buahan serta gandum.
Boleh dikatakan kaum 'Ad tidak kekurangan apapun dalam hidupnya.
Meskipun
demikian, mereka (kaum 'Ad) tidak menyadari bahwa yang membuatnya kaya raya itu
hanya Allah. Mereka menganggap rawa kekayaan itu didapatnya dari kerja kerasnya
belaka. Hal ini tentu sudah menyimpang dari ajaran agama. Di samping itu
terjadi pula kekacauan disana-sini sehingga menimbulkan kerusakan di muka bumi.
Yang kaya semakin sombong dan menindas si miskin.
Karena
kekayaan mereka yang melimpah sehingga semua yang dia inginkan dapat dibeli.
Selain itu bangsa 'Ad sangat pandai membuat bangunan seperti benteng untuk
menahan serangan kaum lain. Dalam benteng tersebut mereka mendirikan bangunan
bertingkat sehingga semua kegiatan di luar benteng dapat diketahui.
Di samping itu,
mereka juga mempunyai siasat perang yang jitu. sehingga musuh-musuhnya merasa
ketakutan dan takluk sebelum berperang. Hal ini disebabkan oleh kejamnya kaum
Ad kepada musuhnya. Kekejaman inilah yang membuat musuh takut karena yang
demikian itulah mereka semakin sombong dan setiap peperangan mereka selalu
mengalahkannya sebelum bertanding.
Kaum 'Ad
selalu berbuat kejam dan ganas, mereka lebih suka menyiksa musuh yang tidak
berdaya dengan berbagai siksaan. Siksaan yang diberikan pada musuhnya sungguh
diluar batas perikemanusiaan.
Boleh
dikatakan di masa itu semua kaum tidak lagi menyembah pada Allah, tetapi selalu
berbuat kekejaman. Kaum Ad sudah bejat akhlaknya. Mereka tidak mau mengkaui
adanya Allah. Mereka lebih suka pada tuhan-tuhan dari berhala. Sebab mereka
mengira bahwa berhala-berhala itulah yang dapat membuatnya kaya raya.
Disaat
akhlak kaum yang sudah demikian bejatnya, maka Allah menurunkan seorang Nabi.
Hal ini karena kebijaksanaan Allah demi memperingatkan kaum Ad dan untuk
memberi jalan kebenaran.
Hud, begitulah
nama Nabi yang diutus Allah untuk membenahi akhlak kaum Ad yang sudah bejat
itu. Hud sebenarnya masih saudara dengan seorang pemuka kaum bernama Ad,
mengapa demikian. Sebab Ad adalah cucu nabi Nuh. Dan nabi Hud juga masih cucu
nabi Nuh. Demikianlah silsilah nabi Hud dan Ad :
Hud bin Abdullah bin Ribah bin Hulud bin Aus bin Irmi
bin Syalih bin Alfahsyada bin Sam bin Nuh.
Ad bin Aus bin Irmi bin Alfahsyada bin Sam bin Nuh.
Akhlak kaum
Ad yang demikian parah, nabi Hud merasa prihatin. Beliau sangat khawatir atas
azab yang diturunkan Allah seperti kaum nabi Nuh. Untuk itu ia mengajak pada
segenap kaum Ad agar menyembah Allah dan meninggalkan berhala-berhala serta
kelakuan jahat lainnya.
" Wahai
saudaraku. marilah kita menyembah pada Allah sebab hanya Dia yang menghidupkan
dan mematikan kita serta memberi perlindungan dan memakmurkan kehidupan kita,
"seru nabi Hud di tengah-tengah khalayak ramai. Namun karena sudah sering
senang berperang, maka dijawabnya dengan nada mengejek.
" Wahai
Hud, bukankah kamu masih saudara pemimpin kami, dan apa yang kamu katakan
sesungguhnya tidak benar. Bukankah kamu melihat dengan mata kepalamu sendiri
bagaimana kami selalu memenangkan pertempuran, "jawab kaum Ad seraya
mengejek nabi Hud. Mereka beranggapan bahwa tiada yang melebihi kekuatan dan
kegagahannya.
"
Memang benar apa yang baru saudara ucapkan, namun ingatlah bahwa musuh yang
mengaku kalah itu disebabkan karena takut kekejaman kalian, "kata nabi Hud
dengan suara merenda.
"
Mengapa kamu menyuruh kami meninggalkan tuhan-tuhan yang telah disembah nenek
moyang kita dan diturunkan kepada kita. Dan tadi kau mengatakan bahwa hanya
Tuhanmu yang dapat mematikan dan menghidupkan makhluk. Aku tidak percaya dengan
ocehanmu itu. Sebab aku juga bisa membunuh,"sangkal kaum Ad yang merasa
terhina dengan ucapan nabi Hud.
"Bukankah
kalian mendengar dari nenek-nenek kita mengenai siksa yang diturunkan Allah
kepada kaum nabi Nuh dan nabi Idris yang tidak mengakui adanya Tuhan,
"kata nabi Hud dengan suara datar. Namun ucapannya hanyalah dianggap angin
lalu saja oleh kaum Ad. Mereka malah mengejek nabi Hud.
" Tidak
mustahil cerita mengenai nabi Nuh dan Nabi Idris hanyalah kisah bohong belaka.
Jika memang Tuhanmu menurunkan azabnya pada kaum kafir sebelum kita, tentu kita
tidak akan ada di muka bumi ini. "bantah kaum Ad, sebab menurut
anggapannya, cerita mengenai kaum Nuh dan Idris yang diberi azab Allah hanyalah
kisah bohong belaka. Dari sini sudah dapat diterka dan diselami seberapa
parahnya akhlak kaum Ad. Sebab mereka tidak mempercayai adanya Tuhan yang dapat
menurunkan azabnya sewaktu-waktu.
" Aku
khawatir azab Allah akan datang pada kita lebih dahsyat dari azab kaum
sebelumnya. Untuk itulah aku memohon pada kalian hendaknya menyembah Allah dan
meninggalkan berhala-berhala itu, "kata nabi Hud dengan suara yang agak
lantang. Mendengar ucapan nabi Hud seperti itu, beberapa kaum Ad merasa
terhina. Sebab tuhan yang disembah dilecehkan. Meskipun demikian ada pula yang
rnembenarkan ucapan nabi Hud. Sehingga orang-orang tersebut sedikit demi
sedikit beri berangsur mendekati nabi Hud dan bersedia menjadi penganutnya
" Wahai
Hud, setelah kami pikir ucapanmu ada benarnya. Sebab mustahil jika batu yang
dibuat sendiri dan disembah dapat memberi pertolongan, "kata orang-orang
yang menyadari kebenaran ucapan nabi Hud.
Kemudian
mereka bersama-sama nabi Hud meninggalkan perkumpulan kaum Ad. Melihat kejadian
ini pemimpin kaurn Ad segera menyuruh beberapa orang untuk mengejarnya dan
membunuh. Nabi Hud yang telah ditunjuk Allah untuk membenahi akhlak yang sudah
bejat memberi bisikan dalam hatinya. Sehingga selamatlah nabi Hud dan
pengikutnya.
" Kita
akan membalas dendam pada Hud. Bukankah kita ini orang-orang kuat dan gagah.
Mengapa kita bisa dipermalukannya. Dan berapa banyak orang-orang kita yang
telah memihak pada Hud, "kata pemimpin kaum Ad setelah orang suruhannya
tidak berhasil membinasakan nabi Hud dan pengikutnya. Mereka semakin berang
sebab tidak mampu menghadapi nabi Hud yang hanya seorang diri dan tidak
memiliki keahlian perang.
Mengenai
anggapan mereka bahwa kaumnya sangat kuat dan gagah dapat dilihat datam ayat
berikut:
Artinya : " Dan kaum Ad sama
mengatakan : "siapa yang mempunyai kekuatan dan kegaganan melebihi
kami".
Karena merasa dirinya kuat sehingga
lupa akan kekuatan Allah yang lebih jauh darinya. Sehingga seruan nabi Hud
tidak dihiraukan sama sekali. Bahkan mereka selalu mengejek dan menghinanya.
Pada suatu hari beberapa orang kaum Ad melihat nabi Hud berdakwah di daerah
lain. Bergegaslah mereka menemui pimpinan mereka, dan mengadukan ulah nabi Hud.
" Kami telah menemukan Hud
sedang mengajak beberapa saudara kita untuk menjadi pengikutnya. Jika hal ini
dibiarkan maka kekuatan kita makin berkurang, "kata orang-orang itu
melaporkan kepada pimpinannya.
" Tunjukan dimana tempatnya !
Aku akan menghentikan Hud dengan berbagai cara, "kata pemimpin mereka
dengan penuh kemarahan setelah mendengar laporan bawahannya. Dan iapun
bergegas masuk kamar untuk mengambil harta dan pedangnya.
" Ayo
kita berangkat menemui Hud, "ajak pemimpin kaum Ad setelah semua
persiapannya sudah selesai dikemasi. Beberapa orang mengikutinya dari belakang
dengan berkuda. Tidak lama kemudian mereka sudah menemukan nabi Hud sedang
berdakwah dengan suaranya yang berapi-api.
" Wahai saudaraku. Sembahlah
Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain diri-Nya, maka mengapa kamu tiada
bertaqwa kepada-Nya ?, "ajak nabi Hud kepada kaum Ad dilain tempat.
Meskipun demikian mereka banyak yang tidak mengerti dengan ucapan nabi Hud.
Sebab kata-kata Allah masih asing bagi pendengarannya.
" Wahai Hud. Siapakah Allah
yang baru saja kau sebut itu. Beritahukanlah kepada kami. Dan mengapa kamu
tidak mau menyembah berhala, "tanya kaum Ad merasa penasaran.
" Allah adalah Dzat yang
menjadikan langit, bumi dan isinya. Allah juga yang menjadikan manusia dan
menolong manusia jika ia berada dalam kebenaran. Sedangkan aku adalah
pesuruh Allah yang diutus untuk membenahi akhlak kalian dan mengajaknya ke
jalan kebenaran, "kata nabi Hud dengan suara datar. Mereka tidak
mengetahui jika pemimpin dan orang-orang kaum Ad sudah menyusup disela-sela
kerumunan massa. Hanya nabi Hud yang mengetahui kedatangan orang-orang itu.
Sebab jalan pikirannya telah dibisikan oleh Allah. Meskipun demikian beliau
tidak takut sedikitpun.
" Wahai Hud, jika kamu ingin
harta bicaralah dengan kami asalkan tidak mencela dan mencaci maki tuhan
kami. Mungkin dengan cara menjual omongan dan mempengaruhi kaumku kau berharap
mendapatkan upah, "kata pemimpin kaum Ad yang sudah berada di
tengah-tengah masa, sambil menunjukkan harta yang dibawa dari rumah.
" Wahai kaumku ! sesungguhnya
aku tidak mengharap apapun dari kalian termasuk upah seperti itu. Aku hanya
mengharapkan kalian mau mengikuti petunjukku dan meninggalkan
berhala-berhala yang tidak lebih dari batu itu, jawab nabi Hud.
" Untuk apa upah dari
dirimu, aku menjalankan tugasku ini semata-mata karena Allah Ta'ala. Dan tiada
yang memberi upah pada saya melainkan Allah yaitu Dzat yang menjadikan saya.
Tidakkah kamu berpikir sebelumnya, "kata nabi Hud menambahi. Ketika
mendengar jawaban yang diberikan nabi Hud kepada pemimpin kaum Ad, maka merah
padamlah mukanya. Namun ketika hendak mencabut pedangnya guna menghabisi nabi
Hud terasa sekali betapa sulitnya untuk mengeluarkannya dari sarungnya.
Hal ini membuat keraguan dalam
hatinya. la bertanya dalam hati mungkin Hud adalah utusan Allah yang
sebenarnya. Namun pikiran itu segera ditepisnya jauh-jauh, karena jika ia
mengakui kenabian Hud berarti tidak bisa mempertahankan pendapatnya selama ini.
Dengan cepat pemimpin kaum Ad itu
pergi meninggalkan kerumunan masa diikuti mereka yang kafir. Nabi Hud kemudian
meneruskan dakwahnya pada masyarakat yang mulai terbuka hatinya untuk mengikuti
ajaran agama.
Setelah mendapat keterangan mengenai
ajaran yang dibawa nabi Hud itu benar, akhirnya sebagian dari mereka menyatakan
masuk ke dalam ajaran itu. Sedangkan yang separuhnya lagi masih belum percaya
dengan ucapan dan keterangan nabi Hud. Dengan demikian bertambahlah lagi
pengikut nabi Hud.
Nabi Hud mengajari mereka dengan
keimanan dan ketaqwaan. Nabi Hud tetap berpesan agar tidak menyembah
berhala-berhala. Sebab berhala itu tidak dapat menolong kesulitan mereka.
Meskipun sudah mendapat pengikut yang agak banyak, nabi Hud
tetap berdakwah dan mengajak kaum Ad yang belum sadar. Namun ajakan nabi Hud
mendapat ejekan dan hinaan. Mereka menyebutnya bahwa nabi Hud telah gila. Hal
ini sesuai dengan Al Qur'an surat Hud ayat 54:
Artinya: " Kami tidak
mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit
gila atas dirimu". (Hud: 54)
Setelah usaha untuk mengembalikan
kaum Ad pada jalan kebenaran tidak membawa hasil, ahkhirnya nabi Hud mengadukan
semua yang dialaminya kepada Allah.
" Wahai Allah, sesungguhnya
aku telah melaksanakan tugasku untuk membenahi akhlak kaum Ad. Namun apa
balasan mereka terhadapku. Aku mohon kepada-Mu, bukalah pintu hati mereka
sehingga mau menerima ajaranku".
Nabi Hud tidak mau berdoa yang
bersifat mencelakakan kaum Ad. Bisa kita bayangkan bagaimana luhurnya hati nabi
Hud.
Allah Menurunkan Azabnya
Setelah peringatan-peringatan yang
diberikan nabi Hud tidak dihiraukan kaurn Ad sama sekali, semua keputusan
diserahkan sepenuhnya kepada Allah. Meskipun demikian beliau tak bosan menyeru
pada kaum Ad untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala-berhala sebagai
tuhan mereka.
Namun mereka
semakin berbuat kerusakan di muka bumi. Setiap kali mendapat peringatan nabi
Hud, mereka malah berbuat sombong dan durhaka. Bahkan mereka tetap menolak
untuk mengakui bahwa Hud merupakan utusan Allah.
Di
tengah-tengah bejatnya moral yang sudah memuncak ini nabi Hud berdoa: "Ya
Allah, sekiranya Engkau membuat mereka jera dengan adanya kemarau panjang
kemungkinan besar mereka percaya ajaranku". Doa nabi Hud di tengah malam.
Sebab beliau mengira bahwa dengan adanya musim kemarau panjang berarti harta
mereka akan ludes dan dapat insyaf kembali. Tuhan Maha Mendengar sehingga
permintaan utusan-Nya dikabulkan.
Kemarau yang
merupakan azab Allah bagi kaum Ad rasanya tiada berkesudahan. Terik matahari
yang membakar bumi tidak dapat menghidupkan tanaman, sehingga sumber
penghasilan kaum Ad sudah tidak ada lagi. Musim kemarau ini sungguh dahsyat
sebab semua harta yang telah dikumpulkan kaum Ad sedikit demi sedikit mulai
kikis. Hal ini disebabkan untuk menutup kebutuhan sehari-harinya sehingga
lama-kelamaan harta tersebut habis.
Di saat
demikian nabi Hud tetap berdakwah dan tetap mengajak kaum Ad untuk meminta
pertolongan kepada Allah. Beliau tidak merasa bosan dan putus asa meskipun
mendapat rintangan dalam dakwahnya. Dalam hatinya, beliau bersyukur kepada
Allah benar-benar menurunkan peringatan berupa kemarau panjang ini.
Melihat dan
merasakan kemarau seperti itu, pemimpin dan kaum Ad pergi ke rumah penyembahan.
Di situ terdapat beberapa berhala yang sebelumnya dijadikan untuk meminta
pertolongan dan meminta keselamatan. Nabi Hud juga ikut di dalamnya.
" Wahai
tuhan Shada, tuhan shamud dan Al-haba. Janganlah kalian mengutuk kami sehingga
semua tanaman sebagai sumber penghidupan tidak dapat mengeluarkan buahnya,
"kata pemimpin kaum Ad yang diikuti kaumnya. Suaranya tidak lebih dari
ribuan tawon yang sedang terbang. Kemudian pemimpin itu menyalakan dupa dan
rnenaruhnya di depan berhala. Hal ini diikuti pula oleh kaumnya. Melihat hal
ini nabi Hud tertawa dalam hati. Mana mungkin tuhanmu akan (dapat) menolong
kalian.
" Wahai
tuhan kami, hentikanlah kemurkaanmu. Sungguh kami tidak tahan dengan
penderitaan ini, "keluh pernimpin kaum Ad. Kemudian mereka menundukkan
kepalanya secara bersamaan untuk menghormati berhala itu. Setelah itu mereka
perlahan-lahan beranjak dari tempat penyembahan. Di saat inilah nabi Hud
berbicara dengan suara menggelegar sehingga semua yang hadir terkejut. Sebab di
dalam rumah penyembahan tidak diperkenankan berbicara dengan suara agak
nyaring.
" Wahai
saudaraku. Mengapa kalian tetap menyembah berhala yang terbuat dari batu itu.
Apakah kau tidak mengerti jika batu itu tidak mendengar apalagi menolongmu,
"kata nabi Hud.
" Panas
yang demikian terik bukanlah kutukan berhala dungu itu, namun ini sebagai
peringatan Tuhan yang aku sembah agar kalian tidak menyekutukan-Nya. Jika
kalian berdoa minta pertolongan-Nya, niscaya Allah akan menolongmu, "kata
nabi Hud menambahkannya. Nabi Hud berharap dengan adanya musim kemarau seperti
ini pasti membuat kaum Ad yang durhaka akan mau mengikuti ajarannya
" Wahai
Hud, mengapa kau datang ke tempat ini, karena semua ulahmu sehingga tuhan kami
menurunkan kemarau yang begitu hebat. Jika kau tidak menghentikan ocehanmu,
maka kami tidak segan-segan menghabisimu, ''kata pemimpin kaum Ad setelah
mengetahui kedatangan nabi Hud dan mendengarkan ucapannya. Mereka tetap
menganggap, jika kemarau itu adalah kutukan dari berhala-berhala yang
disembahnya.
" Wahai
saudaraku, aku sudah berulang kali mengatakan pada kalian, sembahlah Allah.
Sebab aku khawatir azab yang diturunkan-Nya pada kita lebih hebat dari azab
kaum Nuh. Mungkin ini awal dari azab itu. Untuk itulah aku mengajak kalian
bertaqwa dan menyembah Allah, "kata nabi Hud dengan suara datar. Meskipun
demikian semua kaum Ad dan pemimpinnya tidak mau lagi mendengarkan ucapan Nabi
Hud. Mereka malah ngeloyor pergi begitu saja dengan membawa kekesalan.
Menurut
sejarah, kemarau yang diturunkan Allah kepada kaum Ad kurang lebih tiga tahun.
Dalam waktu itu tidak ada setetes embun yang jatuh. Hal ini membuat semua
sumber air tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Waktu itu bumi
betul-betul kering dan tandus.
Dalam
keadaan seperti ini kaum Ad sudah berputus asa dan hendak mencari tempat yang
lebih subur. Namun semua rencana ini gagal sebab keledai dan unta yang hendak
dijadikan kendaraannya sudah tidak mampu lagi berjalan jauh sebab makanan yang
diberikan tuannya bukanlah rumput segar lagi. Karena itulah rencana ini gagal.
Suatu malam
nabi Hud didatangi malaikat yang memberi tahukan bahwa sebentar lagi azab Allah
akan datang. Malaikat itu berpesan pada nabi Hud agar segera meninggalkan
perkampungannya bersama pengikutnya.
Malam itu
juga nabi Hud mengumpulkan orang-orang beriman dan mengajak pergi dari
perkampungan. Mereka menuju ke Hadratul Makkah. Malam semakin larut dan nabi
Hud bersama pengikutnya sudah jauh meninggalkan wilayahnya, maka datanglah
angin topan. Angin ini berhawa dingin dan menerjang wilayah Ad. Ternak-ternak
kaum Ad bergelimpangan. Begitu pula bangunan yang dibanggakan selama ini.
Setelah itu
orang-orang yang menentang ajaran nabi Hud di hancurkan juga. Mereka seperti
kapas yang berterbangan. Di saat itulah mereka sadar bahwa ajaran dan ancaman
nabi Hud telah terbukti. Mereka menyebut-nyebut nama Hud dan memanggilnya.
Namun penyesalan tinggal penyesalan sebab nabi Hud sudah berada di daerah yang
jauh dan Allah tidak menerima penyesalan mereka lagi.
Dalam Al
Qur'an surat Al Haqqoh ayat 6 sampai ayat 8 telah diterangkan mengenai azab
yang menimpa kaum Ad, kaum yang durhaka. Bunyi
surat tersebut ialah :
"
Adapun kaum Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin kencang dan amat dingin.
Allah yang melimpahkan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari
terus menerus. Maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan
seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon yang telah kosong (lapuk). Maka kamu
tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka". (Al Haqqoh : 6-8)
Dalam hal
ini Allah mengumpamakan kaum Ad seperti pohon yang telah lapuk. Artinya mereka
tidak berdaya sama sekali ketika menghadapi azab yang maha dahsyat itu. Arti
lain ialah orang-orang kaum Ad merasa dirinya pandai, gagah dan kuat seperti
pohon yang berdiri tegar. Namun setelah menerima azab yang hebat itu mereka tidak
mampu menahannya.
Dalam surat
Adz-Dzariyat ayat 41 sampai 43 juga diterangkan mengenai kehancuran kaum Ad.
Adapun artinya ialah sebagai berikut:
" Dan
juga pada (kisah) 'Ad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang
membinasakan, angin itu tidak membiarkan satupun yang dilandanya, melainkan
dijadikannya seperti serbuk". (Adz-Dzariyat : 41-42)
Sungguh
hebat azab Allah sehingga membinasakan seluruh wilayah negeri. Mengingat hal
ini maka nabi Hud dan semua pengikutnya yang beriman tidak lagi menempatinya
melainkan pergi ke negeri yang baru, yaitu Hadramaut Makkah. Di sana beliau
menyebarkan ajarannya dan bertambah banyak pula pengikutnya. Di sana pula beliau wafat dan dimakamkan.