Perang Uhud merupakan kisah peperangan yang dilalui
Rasulullah SAW namun berakhir dengan kekalahan. Pada perang ini, umat Islam
yang awalnya mendapatkan kemenangan harus menderita kekalahan karena silau oleh
harta yang ditinggalkan lawannya. Mereka tidak mendengarkan nasihat Rasulullah
untuk menjaga posisi dan memilih untuk mengambil harta sisa kaum kafir yang
kalah. Mendengar itu, kaum kafir lalu menyerang umat Islam yang tengah lengah
karena harta, dan kaum muslimin akhirnya menderita kekalahan.
Perang ini terjadi merupakan ajang balas dendam yang dilakukan oleh kaum
Quraisy karena menderita kekalahan atas kaum Muslim saat perang Badar. Kala
itu, tentara Quraisy yang berjumlah 1000 orang harus menyerah kalah dengan
pasukan Islam yang hanya berjumlah 300 orang. Sejumlah nama besar tewas dalam
peperangan tersebut.
Hal ini membuat merek yang tersisa kahirnya murka dan menyusun strategi balas
dendam. Tokoh-tokoh Quraisy seperti Ikrimah bin Abu Jahal, Shafwan bin Umayah,
dan Abu Sufyan bin Harb inilah yang menjadi penghasut kaum quraisy.
Langkah yang mereka lakukan adalah dengan menghasut kaum Mekkah untuk tidak
mengingat korban tewas dalam perang Badar. Mereka juga meminta kaum Quraisy
untuk menunda pembayaran tebusan kepada kaum muslim untuk membebaskan tawanan
Quraisy yang masih tersisa di Madinah. Kaum ini juga menggalang dana untuk modal sebagai aksi balas dendam.
Ternyata langkah mereka ini berhasil, mereka berhasil mengumpulkan 1000 onta
dan 50.000 keping mata uang emas. Mereka sukses menghimpun pasukan tiga kali
lipat lebih besar dibanding jumlah pasukan Quraisy pada perang Badar yakni
sekitar 3000 pasukan.
Rasulullah SAW yang mendengar kabar tersebut lalu bergegas menuju Madinah
mengadakan persiapan militer. Rasulullah SAW dan sahabat memilih untuk untuk
menjawab tantangan Quraisy di medan terbuka luar kota Madinah. Rasulullah SAW
membagi pasukan Islam menjadi tiga batalyon : Batalyon Muhajirin dibawah
komando Mush’ab bin Umair, Batalyon Aus dikomando oleh Usaid bin Hudhair dan
Batalyon Khazraj dipimpin oleh Khabbab bin Al Mundzir . Jumlah total pasukan
Islam hanya 1000 orang, dengan perlengkapan fasilitas serba minim berupa 100
baju besi dan 50 ekor kuda (dikisahkan dalam sebuah riwayat: tanpa adanya kuda
sama sekali) dalam perang ini. Wallahu a’lam
Sesampainya di Uhud kedua pasukan saling mendekat. Peperangan pun terjadi pada
para pemangku panji perang. Setelah beberapa orang yang tewas, akhirnya perang
pun berkobar. Perang berkecamuk merata di setiap titik bak kobaran api menjalar
membakar rerumputan kering, jagoan-jagoan Islam benar-benar menampakkan
kehebatan dan kepiawaian mereka dalam putaran perang kali ini, militansi
pasukan Islam merupakan buah dari kekuatan iman yang merasuk dan terpatri kuat
dalam hati mereka, seakan-akan iman telah memenuhi setiap pembuluh darah
mereka, kecilnya jumlah tak menciutkan nyali para pejuang demi tegaknya agama
Allah. Barisan musuh semakin kacau-balau. Tak pelak, mereka lari
centang-perenang meninggalkan medan laga, dan lalai dengan ambisi buruk yang
selama ini mereka impikan.
Kaum muslimin unggul dan menguasai medan laga. Namun disinilah mulainya
malapetaka. Pasukan Quraisy yang lari meninggalkan harta benda yang melimpah.
Kaum muslimin malah sibuk mengumpulkan harta rampasan perang yang tercecer.
Mulailah kecintaan terhadap dunia menghinggapi hati sebagian besar pasukan
pemanah. Mereka khawatir akan tidak mendapat bagian rampasan perang. Mereka
meninggalkan bukit strategis itu dan lalai terhadap wasiat Rasulullah.
Kini pertahanan inti kaum muslimin dalam kondisi rawan. Kholid bin Al-Walid,
salah satu komandan pasukan berkuda Quraisy, tak membiarkan kesempatan emas itu
lewat begitu saja. Ia memutar haluan arah pasukan kuda Quraisy dan dengan
segala ambisi merebut posisi paling strategis, yaitu bukit para pemanah. Musuh
menyergap dan mengepung sisa pasukan pemanah. Para pemanah tak kuasa menghalau
serangan mendadak itu. Pertahanan kaum muslimin semakin rapuh. Kondisi berubah
seketika.
Saat itu, Rasulullah di kabarkan telah meninggal dan membuat kaum muslimin yang
berperang semankin mengendur. Jiwa pasukan Islam lemah tak tahu kemana mereka
akan melangkah. Sebagian mereka terduduk tak tahu apa yang ditunggu, bahkan
sebagian mereka berpikir untuk menghubungi Abdullah bin Ubay bin Salul –salah
satu tokoh munafiqin– guna meminta perlindungan keamanan dari Abu Sufyan (yang
ketika itu belum masuk Islam).
Jagoan Quraisy menjadikan Rasulullah SAW sebagai
target operasi utama. Rasulullah saat itu hanya didampingi sembilan orang
shahabat sedangkan pasukan muslimin yang lain tercerai-berai. Namun, kaum
musyrikin lebih dahulu mendengarnya, secepat kilat mencari sumber suara, dan
disitulah mereka mendapatkan manusia mulia yang selama ini mereka berambisi
besar untuk membunuhnya.
Sebanyak tujuh orang gugur dari sembilan orang shahabat yang melindungi
Rasulullah. Adapun dua orang yang tersisa adalah Thalhah bin Ubaidillah dan
Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhuma. Saat itu musuh sangat leluasa
menyerang Rasulullah.
Utbah bin Abi Waqqash melukai bibir beliau shallalallahu ‘alaihi wa sallam
dengan lemparan batu. Abdullah bin Shihab Az-Zuhry menciderai pipi beliau
shallalallahu ‘alaihi wa sallam. Abdullah bin Qim’ah menyabetkan pedangnya pada
pundak beliau shallalallahu ‘alaihi wa sallam, yang menyebabkan rasa sakit
lebih dari sebulan, namun sabetan tersebut tidak berhasil menembus baju besi
sang nabi Allah. Abdullah menyabetkan kembali pedangnya tepat di pipi beliau
shallalallahu ‘alaihi wa sallam.
Rantai yang pecah itu membuat pedang dengan luluasa menembus pipi Rasulullah
hingga gigi seri beliau pecah. Sontak saja wajah Nabi Allah ini berlumuran
darah. Dua sahabat yang masih tersisa itulah yang melindungi Rasulullah sampai
putus beberapa jari-jemari. Pada pertempuran ini tentara Muslim banyak yang
menjadi korban sehingga mayoritas ahli sejarah menyatakan bahwa kaum muslimin
mengalami kekalahan dalam pertempuran Uhud.
ADS HERE !!!